REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Anak yang dilahirkan dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) berisiko tinggi mengalami gagal tumbuh-kembang dengan baik. Salah satu penyebabnya karena asupan gizi yang kurang optimal.
Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak, Dokter Anik Puryanti menerangkan, anak dengan PJB pada dasarnya mengalami masalah pada intake makanan. Mereka kesulitan makan sehingga susah menghisap dan menelan. Anak dengan PJB juga sering lelah saat mengonsumsi makanan.
"Dan restriksi cairan yang membuat kalori tidak mencukupi kebutuhan," kata Anik di Savana Hotel & Convention, Kota Malang.
Atas situasi demikian, proses tumbuh-kembang anak PJB pun mengalami gangguan. Meraka juga sering mengidap gizi buruk dan mudah terinfeksi. Untuk itu, diperlukan tatalaksana nutrisi yang berbeda pada anak PJB.
"Karena anak dengan penyakit jantung bawaan memerlukan asupan nutrisi yang intensif dan makanan tinggi kalori untuk memberikan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas yang lebih pada anak," jelas Anik.
Anak PJB harus mendapatkan lima langkah untuk mendapatkan asupan nutrisi sesuai. Pertama, perlu mendiagnosa nutrisi, status gizi dan masalahnya. Status gizi dapat dilihat melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan kurva pertumbuhan.
Tahap kedua, menentukan kebutuhan kalori, protein, jumlah cairan dan lain-lain. Kemudian menentukan rute pemberian nutrisi dan jenis makanan. Di sini berarti anak perlu mendapatkan menu makanan lengkap dan sehat, baik dari sisi vitamin maupun jenisnya.
"Lalu monitoring keberhasilan dengan pengukuran berat badan, apakah ada muntah, kembung dan diare," jelasnya.
Dengan pendekatan demikian, anak dengan PJB diharapkan terhindar dari kondisi serius. Antara lain seperti malnutrisi sehingga daya tahan tubuh berkurang, stunting dan sebagainya. Sebab, kata dia, kondisi ini dapat memperburuk kesehatan anak tersebut nantinya.