REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada hubungan kompleks yang cukup rumit antara depresi dan gangguan tidur. Pasalnya, orang yang sulit tidur, atau mereka yang dipaksa tidur selama 17 jam sehari, mayoritas mengalami depresi karena bermasalah dengan tidurnya.
Kepala GP di Harrow Health Care Center, Dr Jane Woyka mengatakan, bagi sebagian orang, depresi dapat menyebabkan insomnia parah, di mana pasien akan kesulitan tidur atau merasa gelisah. Namun demikian, menurut dia yang terpenting adalah untuk melakukan pemulihan secepatnya.
"Dalam kasus depresi serta kurang tidur, beberapa pasien merasa perlu tidur terus dan berjuang untuk tetap terjaga. Insomnia dan rasa kantuk yang konstan jelas berhubungan, sehingga penderita depresi bisa masuk ke pola yang aneh," Ujar dia seperti dilansir Metro.uk, Senin (21/10).
Dia menambahkan, walaupun ada banyak pilihan obat yang bisa membantu tidur, tetapi obat bukan pilihan yang baik. Menurut dia, ada sejumlah produk bebas yang dapat digunakan untuk mengobati insomnia, dan biasanya mengandung anti-histamin.
"Phenergan adalah pilihan yang populer, dan Piriton sering digunakan untuk demam dan menyebabkan kantuk," Katanya
Dia menegaskan, untuk beberapa pasien memang membutuhkan obat yang lebih kuat. Namun sebagai dokter, dia mengklaim hal tersebut tidak disarankan, dan akan lebih memilih untuk merujuk pasiennya ke klinik khusus tidur atau psikiater dalam membantu menyelesaikan masalah pasiennya.