REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga merupakan cara terpenting dalam menjaga tubuh tetap sehat dan fungsional. Akan tetapi, ada waktunya bagi tubuh untuk dibiarkan beristirahat dan jauh dari aktivitas berolahraga.
Seperti dilansir dari NBCnews, Kamis (24/10), hal ini dapat membantu untuk meningkatkan semangat mental. Bahkan nyatanya upaya ini menjadi bagian penting dalam rutinitas olahraga.
Satu studi menemukan bahwa tubuh membutuhkan 72 jam istirahat, atau tiga hari diantara sesi latihan untuk pemulihan otot penuh. Sementara penelitian dari ACE Scientific Advisory Panel mengatakan bahwa, periode pemulihan bisa di mana saja dari dua hari hingga satu minggu tergantung pada jenis latihan.
Jadi, dengan mengetahui tubuh dan batasannya sendiri, akan sangat penting untuk menentukan jumlah latihan atau berolahraga dan pemilihan hari istirahat yang dibutuhkan setiap pekannya.
Lebih jauh, selain hari untuk beristirahat, ada waktu-waktu tertentu yang baik untuk sejenak lepas dari aktivitas berolahraga. Dan berikut adalah beberapa pertimbangannya.
Stres
Ketika beban mulai menumpuk, tekanan dalam diri mampu mempengaruhi mental dan fisik. Meskipun nyatanya berolahraga dapat menghilangkan stress, namun itu tidak berlaku pada situasi seperti itu.
Di sisi lain, olahraga yang menjadi suatu rekomendasi umum dapat mengurangi stres, karena mampu merangsang produksi endorfin yang menghasilkan perasaan baik. Namun demikian, studi menegaskan bahwa pada hari-hari yang memang menegangkan dan membuat stress, pertimbangan untuk melakukan olahraga perlu ditinjau kembali. Bukan tanpa alasan, hal tersebut akan membantu tubuh menjadi rileks dan santai.
Kurang tidur
Tidur menjadi kebutuhan penting, meskipun beberapa orang tidak terlalu memprioritaskannya. Bahkan, lebih jauh, jika tubuh kurang mendapatkan kualitas tidur yang baik, maka tubuh tidak akan berkinerja semaksimal mungkin.
Terlebih, jika kemudian melakukan olahraga di saat tubuh kekurangan tidur, risiko cedera akan semakin besar. Dewan psikolog berlisensi di Aurora Healthcare, Lisa Cottrell mengatakan bahwa efek dari kurang tidur, terkait dengan penurunan sensitivitas insulin. Bahkan penurunan kadar hormon yang terkait dengan penekan nafsu makan dan peningkatan kadar hormon rasa lapar juga menjadi pengaruh.
"Kurang tidur dan kurang tidur kronis dapat meningkatkan aktivasi sistem saraf simpatik (mengaktifkan respons 'lawan atau lari') dan memengaruhi sistem kardiovaskular, peradangan, respons imun, dan metabolisme," Kata Lisa.