Kamis 24 Oct 2019 17:48 WIB

Bayi Prematur Usia 22 Minggu Kemungkinan Dapat Diselamatkan

Selama ini hanya bayi yang lahir pada usia 23 minggu lebih yang bisa diselamatkan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Bayi prematur di dalam inkubator.
Foto: EPA
Bayi prematur di dalam inkubator.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nyawa bayi yang lahir pada usia 22 minggu kini kemungkinan bisa diselamatkan. Kabar baik itu merupakan rekomendasi terbaru dalam praktik perawatan neonatal.

Selama ini, hanya bayi yang lahir pada usia 23 minggu atau lebih yang diberikan perawatan untuk menyelamatkan hidup mereka. Kini ada bukti bahwa mereka yang lahir lebih awal dapat bertahan hidup, meskipun hanya dalam jumlah kecil, menurut Asosiasi Perinatal Medicine Inggris (BAPM).

Baca Juga

Dilansir BBC, Kamis (24/10), sebagian besar bayi prematur akan meninggal, tetapi sepertiga dapat bertahan hidup di mana pengobatan mungkin dilakukan. Prof Dominic Wilkinson, seorang konsultan neonatologi yang membantu menyusun pedoman, mengatakan bahwa sejak pedoman sebelumnya diterbitkan, kemajuan dalam perawatan berarti para dokter berusaha menyelamatkan hidup beberapa bayi yang lahir pada usia 22 minggu.

Wilkinson mengatakan, bukti dari kasus-kasus itu telah meyakinkan BAPM untuk memperbarui pedomannya. Dia mengatakan, ini merupakan berita fantastis bahwa beberapa bayi yang lahir pada tahap awal sekarang dapat selamat.

"Risiko yang sangat tinggi berarti tidak selalu tepat untuk melakukan perawatan medis intensif," ujarnya.

Selama bertahun-tahun, dokter dan tim kesehatan semakin mampu merawat ibu dan bayi. Steroid diberikan sebelum kelahiran untuk membantu meningkatkan fungsi paru janin.

Teknik ventilasi dan pencegahan infeksi pada bayi yang sangat prematur juga meningkat. Jumlah bayi yang sangat prematur yang dilahirkan di rumah sakit spesialis juga meningkat. Satu dekade lalu, hanya lebih dari setengahnya. Sekarang hampir 80 persen.

Kelangsungan hidup untuk bayi yang lahir sebelum 22 minggu tidak dianggap mungkin karena parunya tidak cukup berkembang. Pedoman itu mengatakan keputusan tentang apakah menawarkan perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa tergantung pada keadaan bayi masing-masing.

Keputusan harus diambil oleh dokter spesialis saat memberikan konsultasi kepada orang tua bayi prematur.  Tetapi dikatakan bahwa perawatan intensif tidak akan sesuai untuk banyak bayi.

Tingkat harapan hidup

Data dari 2016 menunjukkan ada 486 kelahiran pada usia 22 minggu. Sementara itu, lebih dari 300 kasus, bayi tidak selamat dari persalinan.

Sebanyak 140 bayi tidak dalam kondisi yang dianggap mungkin untuk melakukan upaya penyelamatan. Alhasil, mereka hanya akan diberikan perawatan paliatif untuk meringankan penderitaannya. Tetapi di mana perawatan selain perawatan paliatif diberikan, lebih dari sepertiga bayi selamat.

Begitu bayi mencapai lebih dari 22 minggu, peluang untuk bertahan hidup meningkat dari minggu ke minggu. Jumlah yang sama lahir pada 23 minggu dan dalam sekitar setengah dari kasus pengobatan penyelamatan dicoba.

Pada 2016, 38 persen selamat, dua kali lipat dari angka 10 tahun sebelumnya.  Setelah bayi mencapai 26 minggu, pengobatan dilanjutkan pada sebagian besar kasus dan 82 persen bertahan hidup. Tetapi meskipun ada peningkatan kelangsungan hidup, sejumlah besar bayi ini akan memiliki cacat parah.

Pada 22 minggu, sepertiga dari mereka yang bertahan hidup mengalami cacat.  Sementara pada 26 minggu rasionya adalah satu dari 10.

Prof Andrew Whitelaw, seorang ahli kedokteran neonatal di Universitas Bristol, mengatakan bahwa pedoman itu sangat berguna. Dia mengatakan, penting untuk tidak terlalu memikirkan jumlah minggu dan sebaliknya kondisi bayi saat lahir dan sikap yang berbeda pada apa yang dianggap "cacat yang tidak dapat diterima" adalah faktor penting.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement