REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila dalam kehidupan sehari-hari dikenal istilah time is money, dalam kasus strok ada istilah time is brain. Kecepatan menjadi kunci penting dalam penanganan serangan strok karena keselamatan sel-sel otak yang menjadi taruhannya.
Strok pada dasarnya bisa disebabkan oleh penyumbatan aliran darah di otak (iskemik) atau karena adanya kebocoran atau pecah pembuluh darah di otak (hemoragik). Saat strok terjadi, aliran darah ke otak akan terputus.
Hal ini akan menyebabkan pasokan oksigen maupun nutrisi yang dibawa oleh darah untuk otak pun terhambat. Bila dibiarkan, sel-sel otak bisa mengalami kematian dan bagian-bagian otak yang sel-selnya mengalami kematian akan kehilangan fungsi mereka.
"Sel saraf adalah satu jaringan tubuh kita yang apabila sudah rusak tidak bisa kembali baik," jelas Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dr Mursyid Bustami SpS(K) KIC MARS dalam diskusi kesehatan bersama Angels Initiative di RS Pusat Otak Nasional, Jakarta.
Dalam satu detik, serangan strok bisa menyebabkan kematian sekitar 32.000 sel otak. Artinya, ada sekitar 1,9 juta sel otak yang akan rusak dalam satu menit setelah serangan strok terjadi. Padahal, otak orang dewasa rata-rata memiliki sekitar 100 miliar sel otak.
"Makin cepat pasien ditangani makin baik, makin cepat pasien sampai di rumah sakit makin baik," ungkap Mursyid.
Kematian sel-sel otak dapat berujung pada kecacatan atau bahkan kematian dari pasien strok. Baik di Indonesia maupun dunia, strok menjadi penyumbang kecacatan yang terbesar.
Data dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia pada 2009 menyebutkan bahwa 65 persen pasien strok mengalami kecacatan dengan berbagai tingkat. Kematian akibat strok juga cukup signifikan. Litbangkes Kementerian Kesehatan RI pada 2014 mengungkapkan bahwa 21,1 persen dari seluruh kasus kematian akibat penyakit disebabkan oleh strok.
Untuk menekan dan mencegah kecacatan maupun kematian akibat strok, penting bagi masyarakat untuk mengenali tanda dari serangan strok. Dalam serangan strok, Mursyid mengatakan ada empat hal yang perlu diperhatikan. Keempat hal ini adalah face (wajah), arms (lengan), speech (kemampuan bicara), dan time (waktu).
Face artinya melihat apakah ada area wajah yang kebas (mati rasa) atau ada penurunan di satu sisi wajah. Arms artinya melihat apakah lengan terasa mati rasa atau melemah.
"Angkat tangan atau kaki, lemas sebelaha tau baal sebelah atau bila disuruh angkat, cenderung jatuh salah satu sisinya," ujar Mursyid.
Speech berarti melihat apakah ada cara bicara yang gagap, pelo maupun tidak jelas. Cara bicara yang terkesan tidak nyambung pun perlu diwaspadai.