REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai mitos bermunculan seputar dampak mengonsumsi kedelai. Salah satunya, anggapan yang menyebutkan bahwa kedelai bisa menyebabkan kanker karena kandungan senyawa isoflavon yang ada di dalamnya.
"Tidak, itu hanya mitos. Sebagian orang mengkhawatirkan isoflavon memicu kanker, tapi ternyata bukti ilmiah tidak mendukung ke arah itu," kata dr Rimbawan, pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menampik hal tersebut.
Rimbawan menjelaskan, tidak ada yang perlu dicemaskan selama kedelai dikonsumsi dalam jumlah sewajarnya. Selain itu, kedelai juga baiknya disantap dari pangan, bukan dalam bentuk suplemen atau sesuatu yang dimurnikan.
Saat dijumpai pada acara Soyjoy Nutritionist Gathering 2019 yang mengusung tema "Solusi Sehat dari Kedelai", Rimbawan berbagi mengenai manfaat kedelai kepada 200 praktisi gizi dan mahasiswa. Dia juga membagikan mitos lain seputar kedelai.
Tudingan lain adalah bahwa kedelai membuat laki-laki yang mengonsumsinya menjadi tidak jantan. Anggapan kurang tepat tersebut dikarenakan kedelai mengandung fitoestrogen, bahan kimia yang menyerupai estrogen, hormon seks utama pada wanita.
Rimbawan menegaskan bahwa dugaan itu tidak terbukti secara ilmiah. Kedelai yang merupakan tanaman jenis polong-polongan dan menjadi bahan dasar banyak makanan di Asia cocok dikonsumsi semua gender, laki-laki maupun perempuan.
Mitos lainnya justru menyebutkan tempe, makanan hasil fermentasi biji kedelai, bisa menambah 'energi' pada pria. Rimbawan menjelaskan, awal mula mitos demikian adalah kandungan asam amino arginina yang tinggi pada tempe.
"Arginina adalah asam amino yang salah satu sifatnya vasodilator, melebarkan pembuluh darah. Begitu dilebarkan, darah mengalirnya ke seluruh tubuh, tidak cuma ke daerah tertentu. Orang menghubung-hubungkan dengan itu," ujar Rimbawan.