REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan orang tua memilih popok sekali pakai untuk buah hatinya. Produk dengan merek terkenal biasanya menjadi pilihan utama.
Popok sekali pakai dianggap praktis untuk menampung air seni si kecil selama belum terlatih untuk pipis di toilet. Namun, kekhawatiran akan ruam popok kerap membayangi pemakaiannya.
Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Umum Bunda Margonda, dr Farabi El Fouz SpA MKes menjelaskan, ruam popok sebetulnya bisa dihindari. Hanya saja, pengasuh bayi sering kali lalai dan lupa, bahkan malas untuk mengganti popok si kecil.
Farabi mencermati, ada saja pengasuh bayi yang tidak telaten. Mereka menunggu popok penuh. Ada juga yang baru mengganti popok bayinya ketika cairan yang ditampung sudah mencapai batas maksimal, bahkan sampai bocor.
"Penuh, enggak diganti kelamaan nempel di kulit bayi," ujarnya di sela soft launching Popok Halal Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Farabi, masih banyak orang tua yang menyangka popok mahal bisa dipakai seharian. Di samping itu, ada juga yang merasa repot kalau harus bolak-balik membasuh si kecil ketika popoknya basah.
Farabi menjelaskan, popok akan membahayakan kulit bayi jika digunakan terlalu lama. Selain ruam popok, bayi yang tak rajin dibersihkan popoknya rentan terkena dermatitis, infeksi saluran kemih, infeksi bakteri, dan infeksi jamur.
Menurut Farabi, tiap anak memiliki volume urine yang berbeda. Ada yang urinenya banyak, ada juga yang sedikit. Waktu mereka berkemih juga berbeda, tergantung berat badan dan konsumsi air anak per hari. Bila anak banyak minum, maka junlah urinenya pun banyak.
Ada bahaya yang mengintai jika popok tidak cepat diganti ketika sudah basah oleh urine yang sudah terlalu banyak atau tinja yang sudah terlalu lama didiamkan. Bila kulit bersentuhan dengan popok yang kotor, maka kulit anak bisa terinfeksi. Sebaliknya bila popok dalam keadaan baru dan kering, bergesekan dengan kulit pun tidak masalah.
Farabi mengungkapkan bahwa derajat keasamaan (pH) urine tidaklah normal, berubah-ubah. Begitu juga dengan feses anak. Ketika diare, tinjanya lebih asam dari biasanya, banyak kuman.
"Meskipun kualitas popoknya baik, dalam keadaan kotor, popok gampang menyakiti kulit bila dipakai terlalu lama," jelasnya.
Popok kotor bisa membuat kuman menempel pada kulit bayi. Selain dapat memicu kelainan kulit, kotoran dapat masuk ke saluran kandung kemih.
"Tadinya ada 250 juta kuman, gara-gara kelamaan akhirnya bertambah jadi 1 miliar. Kemungkinan masuk saluran urine jadi lebih besar," ungkapnya.
Bayi dengan kulit sensitif juga bisa terusik oleh popok yang mengandung bahan iritan. Ketika terlalu lama pakai popok, tidak cocok bahannya, gelnya, atau bahan dasar pad-nya, kulit anak bisa terdampak.
Farabi juga mengingatkan bahwa orang tua yang alergi akan menurunkan alergi pula pada anaknya. Bila ayahnya alergi, 40 persen akan mewarisi anak alergi.