REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Daylight Saving Time (DST), istilah yang dikenal di Amerika Utara dan diartikan sebagai waktu musim panas adalah sistem yang dimaksud untuk menyimpan cahaya siang hari. Biasanya, hal ini membuat waktu resmi di suatu negara dimajukan satu jam lebih awal dari zona waktu standar, yang diberlakukan selama musim semi dan musim panas, dengan tujuan kegiatan orang-orang dapat selesai lebih awal.
Namun, dilansir Fox News, kehilangan satu jam waktu di siang hari memiliki efek pada kesehatan. Khususnya saat negara-negara tersebut telah mengembalikan jam sesuai dengan zona waktu standar, seperti di Skandinavia pada November.
Penelitian menunjukkan DST menjadi berbahaya dan menghubungkannya dengan lebih banyak kecelakaan mobil, hingga serangan jantung, dan masalah kesehatan lainnya.
Beberapa hal yang perlu digarisbawahi sebagai efek dari DST pada orang-orang di negara yang memiliki sistem ini diantaranya adalah:
Efek tidur
Dengan perubahan waktu, secara otomatis jadwal tidur pun menjadi berbeda dan terkadang orang-orang tidak bisa mengaturnya dengan baik. Salah satu masalah yang paling potensial menurut Phyllis Zee, seorang peneliti dari Northwestern Medicine di Chicago, Amerika Serikat (AS) adalah mereka menjadi kurang tidur.
Setidaknya satu dari tiga orang dewasa di AS dikatakan tidur kurang tujuh jam, dari jumlah yang disarankan setiap malam. Kemudian, lebih dari setengah remaja di Negeri Paman Sam juga tercatat tidak tidur delapan jam.
Dalam sebuah studi di AS, ditemukan bahwa dalam sepekan setelah pergantian musim semi ke DST, banyak remaja yang tidur sekitar 2,5 jam lebih sedikit dari pekan sebelumnya. Selain itu, banyak orang yang tidak berusaha untuk memperbaiki pola tidur mereka di enam bulan berikutnya, saat waktu telah kembali sesuai zona standar.
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur kronis dapat meningkatkan kadar hormon stres yang meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, serta zat kimia yang memicu peradangan.
Masalah jantung
Darah cenderung membeku lebih cepat di pagi hari. Perubahan ini mendasari bukti bahwa serangan jantung lebih umum terjadi di pagi hari. Dalam penelitian, diketahui orang-orang harus bangun lebih cepat pertama kali di musim semi dan peningkatan risiko ini terjadi pada orang-orang yang rentan karena penyakit jantung yang sudah ada.
Kecelakaan mobil
Lonjakan kecelakaan mobil selama DST, baik di musim panas maupun musim semi terjadi kemungkinan karena kewaspadaan yang menurun, sebagai efek dari kurang tidur. Penelitian yang dilakukan, salah satunya di Jerman pada tahun ini menemukan peningkatan kecelakaan lalu lintas yang mematikan di pekan awal musim panas. Berbeda halnya saat musim gugur, di mana tercatat tak ada peningkatan ini.
Jam internal tubuh
Sejumlah ahli meyakini efek kesehatan yang buruk dari DST adalah akibat ketidakcocokan antara waktu di dalam tubuh, yakni waktu saat bangun dan jadwal untuk beraktivitas. Jam biologis dalam tubuh telah diatur oleh paparan sinar matahari dan saat gelap tiba. Ini juga mengatur fungsi tubuh seperti metabolisme, tekanan darah dan hormon yang mendorong waktu untuk tidur dan merasa waspada (bangun).
Gangguan pada jam internal tubuh telah dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, depresi, diabetes, masalah jantung dan kondisi lainnya. Ahli biologi sirkadian mengatakan gangguan ini termasuk dengan mengubah waktu standar, terlebih dilakukan selama beberapa bulan.
“Jika ingin meningkatkan kesehatan manusia, tidak seharusnya kita melawan jam tubuh, yang berarti kita harus meninggalkan DST,” ujar penulis studi tentang DST, Zee bersama rekannya Till Roenneberg dari Universitas Ludwig-Maximilian di Munich, Jerman.
Di AS, DST dimulai pada pekan kedua Maret dan berlangsung hingga pekan pertama November. Sistem ini pertama kali diterapkan 100 tahun lalu, dengan tujuan menghemat energi. Namun, berdasarkan undang-undang federal, ada beberapa negara bagian yang tetap diperbolehkan untuk menerapkan waktu sesuai zona standar, seperti Hawaii dan sebagian wailayah Arizona.