Jumat 15 Nov 2019 01:04 WIB

Hanya Diberi Pisang Kerok Bisa Buat Balita Stunting

Peningkatan jumlah asupan gizi kepada balita dinilai bisa mencegah stunting.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nur Aini
Pisang (ilustrasi)
Pisang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli gizi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Trias Mahmudiono mengatakan, balita pendek atau stunting disebabkan kurangnya gizi dalam waktu yang cukup lama atau hanya diberi makanan rendah protein seperti kuah bakso dan pisang kerok. Kondisi tersebut menurutnya akan menyebabkan anak menjadi lebih pendek dibandingkan dengan anak dalam kondisi normal.

Selain perlunya peningkatan jumlah asupan gizi untuk mencegah stunting, Trias menjelaskan, keragaman makanan juga dapat menekan risiko balita mengalami stunting. Namun, berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa keragaman pangan pada balita masih rendah.

Baca Juga

"Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bawa keragaman pangan untuk balita masih kurang. Ada masalah distribusi pangan pada rumah tangga," kata dosen gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair tersebut, di Surabaya, Sabtu (2/11).

Pada keluarga yang mampu membeli makanan sendiri, kata dia, permasalahan distribusi pangan terdapat pada ketimpangan keragaman pangan untuk balita dan orang tua. Balita cenderung mendapatkan makanan rendah protein seperti kuah bakso dan pisang kerok.

"Untuk mencegah stunting, asupan gizi anak perlu didukung dengan pemberian makanan tinggi protein seperti telur, ikan, dan hati ayam," ujar Trias.

Sementara pada keluarga yang tidak mampu, negara memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan gizi balita tersebut. Hanya saja, program pemberian bantuan berupa uang tidak direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada balita di keluarga tidak mampu.

Trias menyarankan agar program bantuan berupa pemberian produk makanan yang hanya bisa dimakan oleh balita. Seperti bubur daging, bubur kacang, bubur wortel, atau jenis makanan lainnya yang cocok untuk balita dan mendukung tumbuh kembangnya.

Terlebih, pada 2025 komitmen sustainable development goals (SGDs) menargetkan angka kejadian stunting berada pada kisaran angka 18 hingga 20. Sedangkan, pada 2018, angka kejadian stunting di Indonesia masih berada pada 30,7.

"Sehingga kita mau mempelajari apa saja yang dapat mempercepat penurunan masalah stunting. Dan salah satunya adalah dari kebiasaan pola makan masyarakat yang masih perlu untuk ditingkatkan lagi keragamannya," kata Trias.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement