Jumat 15 Nov 2019 01:25 WIB

Studi: Kurang Tidur Bisa Picu Cepat Pikun

Tidur nyenyak memicu pembersihan di otak yang melindungi dari penyakit pikun.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Tidur yang cukup (Ilustrasi)
Foto: Chron
Tidur yang cukup (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang otak yang dihasilkan selama tidur nyenyak dilaporkan memicu sistem pembersihan di otak. Hal itu melindungi otak terhadap Alzheimer atau pikun dan penyakit neurodegeneratif lainnya. Oleh karena itu, orang yang kurang tidur lebih rentan mengalami pikun.

Sinyal listrik yang dikenal sebagai gelombang lambat muncul tepat sebelum denyut cairan mengalir melalui otak. Hal itu kemungkinan mengeluarkan racun yang terkait dengan Alzheimer, menurut laporan studi terbaru di Jurnal Science, Kamis (31/10).

Baca Juga

Laura Lewis, penulis penelitian dan asisten profesor di departemen teknik biomedis di Boston University, mengatakan temuan tersebut dapat membantu menjelaskan hubungan membingungkan antara tidur dan Alzheimer.

"Beberapa gangguan pada cara tidur bekerja berpotensi dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan otak," kata Lewis.

Studi tersebut muncul setelah beberapa dekade pertanyaan tentang hubungan antara tidur dan Alzheimer. Studi menunjukkan bahwa orang dengan Alzheimer sering mengalami masalah tidur. Ada bukti yang berkembang bahwa orang dengan masalah tidur lebih rentan terhadap Alzheimer. Namun, sebelumnya tidak pernah ada penjelasan yang baik untuk hubungan tersebut

Lewis dan tim peneliti ingin memecahkan misteri itu. Mereka menemukan cara menggunakan teknik MRI mutakhir dan teknologi lainnya untuk menyaksikan apa yang terjadi pada otak 11 orang yang tidur.

Salah satu hal yang mereka pantau adalah cairan serebrospinal, atau CSF, cairan yang mengalir melalui otak dan sumsum tulang belakang.

"Dan saat itulah kami menemukan bahwa selama tidur, ada gelombang lambat yang sangat besar yang terjadi mungkin setiap 20 detik CSF mengalir ke otak," kata Lewis.

Gelombang tersebut sedikit mirip dengan osilasi dari mesin cuci yang sangat lambat. Studi sebelumnya pada hewan telah menemukan bahwa aliran CSF meningkat selama tidur dan membantu membawa produk limbah, termasuk racun yang terkait dengan Alzheimer.

Tetapi tim Lewis dapat melihat proses itu terjadi pada otak manusia secara langsung yang mengarah pada penemuan lain.

"Sebelum setiap gelombang cairan, kita akan benar-benar melihat gelombang aktivitas listrik di neuron. Gelombang listrik ini selalu terjadi terlebih dahulu, dan gelombang CSF sepertinya selalu mengikuti beberapa detik kemudian." kata Lewis.

Temuan menunjukkan bahwa gelombang listrik memicu setiap siklus pencucian. Gelombang otak yang dimaksud adalah gelombang lambat yang muncul ketika seseorang memasuki kondisi yang dikenal sebagai tidur nyenyak. Menurut Lewis, hal itu memainkan peran dalam memori dan penyakit otak.

"Sudah diketahui bahwa orang dengan penyakit Alzheimer memiliki lebih sedikit gelombang lambat elektrofisiologis ini, sehingga mereka memiliki gelombang lambat yang lebih kecil dan lebih sedikit," katanya.

Studi baru menunjukkan bahwa pengurangan gelombang lambat tersebut mengurangi siklus mencuci di otak, yang akan membatasi kemampuan otak untuk membersihkan racun yang terkait dengan Alzheimer.

"Akan masuk akal bahwa jika ada gelombang besar cairan, CSF, yang pada gilirannya akan menyebabkan pencampuran dan dispersi dengan cairan lain di otak dan membantu proses pembuangan limbah ini," kata Lewis.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement