Ahad 03 Nov 2019 20:21 WIB

'Ancaman' Setelah Terkena Campak

Orang yang pernah terkena campak lebih rentan terhadap ancaman infeksi bakteri.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Imunisasi polio dan campak pada balita (Ilustrasi)
Foto: Republika/Musiron
Imunisasi polio dan campak pada balita (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah kesehatan yang dipicu oleh campak ternyata tak berhenti setelah ruam dan demam akibat campak menghilang. Orang-orang yang pernah terkena campak akan lebih rentan terhadap ancaman infeksi bakteri maupun virus di kemudian hari.

Ini terjadi karena virus campak menyerang sel-sel di dalam tubuh yang berperan sebagai daya ingat sistem imun. 'Penyerangan' ini membuat 'ingatan' mengenai kekebalan terhadap penyalit-penyalit tertentu yang sebelumnya sudah ada terhapus.

Baca Juga

Virus campak bisa menghapus hingag tiga per empat memori sistem imun seseorang yang terkena campak. Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti melalui jurnal Science pada November.

"Virus campak mengeset ulang jam imun anda menjadi ke keadaan naif, dan semua perlindungan yang sudah Anda dapatkan dari (kontak) dengan infeksi virus dan bakteri lain akan menurun," jelas peneliti senior dari Howard Hughes Medical Institute di Chevy Chase sekaligus profesor di bidang genetik dari Harvard Medical School di Boston Stephen Elledge, seperti dilansir WebMD, Ahad (3/11).

Elledge mencontohkan, seseorang yang pernah terinfeksi oleh suatu virus akan memiliki kekebalan terhadap virus tersebut di kemudian hari. Namun ketika orang ini terkena campak, ia bisa saja kembali jatuh sakit bila terinfeksi kembali oleh virus tersebut.

Kondisi reset sistem imun ini juga menghambat kemampuan tubuh untuk menciptakan antibodi untuk melawan penyakit. Artinya, infkesi baru yang datang setelah campak usai cenderung lebih berat dibandingkan sebelumnya menurut studi berbeda yang dimuat dalam jurnal Science Immunology.

Banyak orang tua yang enggan memberikan vaksinasi campak kepada anak mereka karena menganggap campak sebagai penyakit ringan dan tidak berbahaya. Namun, dua studi terbaru ini menunjukkan hal yang berbeda.

"Bukan hanya campak menyebabkan seseorang bisa dirawat di rumah sakit, pneumonia, infeksi otak dan bahkan kematian, campak juga memiliki dampak sekunder yang sangat penting," terang Dr Amesh Adalja dari Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore.

Adalja mengungkapkan bahwa kedua studi baru ini menyoroti dengan jelas bahaya dari campak yang sekarang ini mulai kembali bermunculan di berbagai belahan dunia. Studi ini juga menyoroti pentingnya vaksinasi campak sebagai bentuk pencegahan agar anak-anak terlindungi dari campak dan tidak harus menanggung dampak sekunder dari penyakit campak di kemudian hari.

Lebih lanjut, Elledge mengatakan sistem imun tubuh tetap bekerja pascacampak. Akan tetapi karena memori yang terhapus, sistem imun harus 'belajar' ulang untuk memberi perlindungan kepada tubuh dari berbagai infeksi virus hingga bakteri.

Oleh karena itu, Elledge juga menganjurkan agar orang-orang yang terkena campak sebaiknya mendapatkan vaksinasi ulang dari berbagai vaksin yang sebelumnya pernah didapatkan.

Selain itu, Elledge juga sangat menganjurkan anak-anak untuk mendapatkan vaksin MMR. Berdasarkan penelitian, anak-anak yag mendapatkan vaksin MMR akan terlindungi dari penyakit campak dan tidak perlu menghadapi risiko dari dampak sekunder akibat penyakit campak.

"Virus campak lebih jahat dibandingkan yang kita kira, dan itu membuat vaksin menjadi jauh lebih bernilai," ujar Elledge.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement