Senin 04 Nov 2019 23:44 WIB

Studi: Aktivitas Fisik Rendah Sebabkan Kematian Dini

Aktivitas fisik dikenal untuk mengurangi kematian akibat berbagai penyakit.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Olah Raga
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Olah Raga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi dari Universitas Federal Pelotas di Brasil menemukan aktivitas fisik sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup seseorang. Orang dengan aktivitas fisik rendah memiliki risiko kematian lebih tinggi.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of American Geriatrics Society ini juga menyebutkan, sembilan persen dari semua kematian dini dipicu oleh minimnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik dikenal untuk mengurangi kematian akibat penyakit jantung, diabetes, penyakit paru-paru kronis, dan penyakit mental.

Baca Juga

Untuk studi ini, tim peneliti melihat lebih hati-hati pada hubungan antara kematian dan latihan fisik pria atau wanita paruh baya di Brasil. Selama penelitian dari Januari hingga Agustus 2014, para peneliti melakukan wawancara dengan 1.451 pria dan wanita paruh baya. Dari jumlah tersebut, 971 peserta diberikan monitor pergelangan tangan untuk mengukur aktivitas fisik mereka.

Para peneliti juga bertanya kepada para peserta tentang kebiasaan merokok dan bagaimana mereka akan menilai kesehatan mereka. Selain itu, para peneliti mempelajari tentang kondisi kesehatan kronis yang menurut peserta, termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, masalah jantung, penyakit Parkinson, gagal ginjal, kolesterol tinggi, depresi, strok, dan kanker.

Para peneliti kemudian menilai kemampuan peserta untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari mereka, termasuk mandi, berpakaian, naik dari tempat tidur ke kursi, pergi ke kamar mandi, dan menyusui.

Setelah semua tes selesai, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang rendah dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi, tidak peduli apa pun tingkat kesehatan seseorang.

"Secara keseluruhan, aktivitas fisik penting untuk menghindari kematian dini pada pria dan wanita yang lebih tua," demikian kata peneliti seperti dilansir dari Times Now News, Senin (4/11).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement