REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepulan asap hitam yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor tak hanya dapat membuat napas terasa sesak. Paparan kepulan asap yang merupakan karbon hitam ini juga dapat meningkatkan risiko strok.
Seperti diungkapkan dalam Journal of Environmental Health Perspectives, tim peneliti dari Karolinska Institutet dan Swedish Meteorological and Hydrological Institute telah melakukan analisis terhadap 115 ribu individu paruh baya sehat selama 20 tahun. Selama periode 20 tahun ini, sekitar 3.100 orang mengalami strok.
Selama penelitian berlangsung, tim peneliti juga melakukan penilaian mengenai seberapa besar sumber emisi lokal mempengaruhi tingkat particulate matter (PM) dan karbon hitam di kota-kota tempat tinggal para partisipan. Sumber emisi lokal ini meliputi knalpot kendaraan di jalanan dan pemanas rumah.
Tim peneliti menemukan bahwa kadar PM2.5 hanya berkisar 5,8-9,2 mikrogram per meter kubik. Angka ini di bawah standar yang ditetapkan di Uni Eropa. yaitu 25 mikrogram per meter kubik.
Di sisi lain, tim peneliti menemukan bahwa paparan karbon hitam memiliki dampak bagi kesehatan di masa mendatang. Setiap paparan 0,3 mikrogram per meter karbon hitam dari knalpot kendaraan dapat meningkatkan risiko strok hingga empat persen.
Hubungan antara paparan karbon hitam dan risiko strok tidak terlihat pada paparan karbon hitam yang dihasilkan oleh alat pemanas rumah. Peningkatan risiko strok juga tampak tidak berkaitan dengan paparan PM secara umum.
Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa paparan karbon hitam jangka panjang yang berasal dari knalpot kendaraan dapat meningkatkan risiko strok. Paparan karbon hitam dari knalpot kendaraan ini bahkan tetap memberi dampak meski terjadi di lingkungan dengan tingkat polusi udara yang rendah.
"Studi ini mengidentifikasi knalpot kendaraan lokal sebagai sebuah faktor risiko dari strok," jelas ketua tim peneliti dari Karolinska Institutet Peter Ljungman, seperti dilansir Air Quality News.
Strok merupakan sebuah penyakit di mana aliran darah menuju otak terhambat akibat adanya penyumbatan atau perdarahan di pembuluh darah otak. Strok merupakan salah satu penyebab kematian dan disabilitas terbanyak di dunia.
Studi-studi terdahulu juga menemukan adanya dampak polusi udara yang tinggi dengan risiko strok maupun masalah kesehatan lain. Salah satu di antaranya adalah studi yang dilakukan oleh King's College London dan UK100. Studi ini menunjukkan bahwa polusi udara yang tinggi dapat memicu lebih banyak kasus serangan jantung, strok, dan asma.