REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan. Bayi akan tumbuh lebih sehat bila setelah enam bulan ASI tetap diberikan dan dilengkapi dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) hingga dua tahun.
Bagi ibu pekerja, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan pemberian ASI selama dua tahun tentu bukan perkara mudah. Terlebih, cuti melahirkan yang diberikan kepada ibu pekerja cenderung singkat sehingga ibu biasanya sudah kembali bekerja sebelum masa pemberian ASI eksklusif selesai.
Satu-satunya opsi yang paling memungkinkan bagi ibu pekerja untuk tetap bisa memberikan ASI kepada bayi mereka adalah dengan memompa ASI selama berada di tempat kerja. Kegiatan memompa ASI harus dilakukan secara rutin setiap tiga atau empat jam sekali, sesuai dengan frekuensi bayi menyusui dalam sehari.
Untuk bisa memenuhi jumlah ASI yang dibutuhkan, kegiatan memompa ASI biasanya membutuhkan wkatu yang cukup lama. Kisaran waktu yang dibutuhkan untuk satu kali memompa ASI adalah sekitar 15-30 menit.
Selain itu, alat pemompa ASI dan botol yang akan digunakan sebagai wadah perlu dalam kondisi steril. Selain itu, ASI yang sudah dimasukkan ke dalam wadah botol perlu disimpan di dalam kulkas.
Dalam kondisi ideal, kegiatan memompa ASI seharusnya dilakukan di ruang laktasi khusus yang disediakan oleh kantor. Bila ruang laktasi tidak tersedia, ibu pekerja harus melakukan improvisasi seperti memompa ASI di ruang kantor yang kosong atau bahkan kamar mandi.
Ibu menyusui anaknya
Studi terbaru mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan tempat kerja terhadap kegiatan memompa ASI dapat memberi dampak yang cukup signifikan bagi ibu pekerja. Kurangnya dukungan cenderung membuat ibu pekerja lebih sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaannya. Selain itu, ibu pekerja yang tidak mendapatkan dukungan cukup untuk memompa ASI dari lingkungan tempat kerja juga cenderung memproduksi lebih sedikit ASI.
Studi ini dilakukan oleh University of Arizona dan telah dipublikasikan dalam Academy of Management Journal. Pada studi pertama, tim peneliti mewawancarai 38 ibu pekerja penuh waktu yang harus memompa ASI di tempat kerja. Dalam studi kedua, tim peneliti mewawancarai 106 ibu yang bekerja penuh waktu dan menyusui atau memompa ASI setidaknya tiga kali sehari. Tim peneliti juga memantau para ibu selama 15 hari.
Studi ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami kesulitan untuk memompa ASI juga mengaku merasa kurang fokus dan sulit mencapai target pekerjaan di hari itu. Bila dibandingkan dengan ibu yang berada pada lingkungan kerja yang mendukung, ibu yang mengalami kesulitan memompa ASI di tempat kerja juga cenderung memproduksi lebih sedikit ASI.
Sebaliknya, ibu dengan lingkungan tempat kerja yang mendukung cenderung memproduksi lebih banyak ASI. Untuk tiap aspek kemudahan memompa ASI yang terpenuhi, jumlah ASI yang diproduksi oleh ibu menjadi 33,1 mililiter lebih banyak. Salah satu aspek yang dimaksud adalah jarak antara ruang kerja dan ruang laktasi yang dekat dan mudah dijangkau.
Ketika tempat kerja memberikan dukungan yang baik terhadap kegiatan memompa ASI, ada banyak dampak positif yang bisa diraih. Selain membuat emosi negatif ibu pekerja menjadi lebih rendah, dukungan juga dapat membuat produktivitas ibu menjadi lebih baik selama di tempat kerja.
"Dan produksi ASI yang lebih tinggi," ujar ketua tim peneliti dari University of Arizona Allison Gabriel, seperti dilansir //Quartz//. (Adysha Citra Ramadani)
Sumber: https://qz.com/work/1728231/breastfeeding-mothers-who-feel-unsupported-at-work-produce-less-milk/