REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minuman boba kekinian saat ini tengah menjamur. Di samping rasanya enak, variannya juga banyak. Tapi waspadalah, minuman boba sejatinya mengandung tinggi gula.
"Minuman seperti itu memang satu cup bisa sampai 200 kalori dan gulanya tinggi," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Dwi Oktavia Handayani MEpid usai acara peluncuran kampanye "Deteksi Dini dan Batasi Gula Garam Lemak untuk Cegah Diabetes" yang diselenggarakan Nutrifood berkolaborasi dengan Sumber Alfaria Trijaya di Jakarta, belum lama ini.
Konsumsi gula dalam sehari memang harus dibatasi. Porsi sehatnya tidak ada patokan, namun prinsipnya konsumsi gula tidak lebih dari empat sendok makan dalam 24 jam.
"Sebaiknya Anda mengurangi kadar gula dengan minta less sugar sehingga porsi gula tidak sebanyak standarnya. Ada juga yang memakai pemanis buatan," kata Dwi.
Minuman boba bukan hanya tinggi gula. Bobanya atau bubble-nya sudah terbuat dari tepung yang merupakan sumber karbohidrat.
"Kalau kelebihan jadi glukosa yang ditimbun jadi lemak," ujarnya.
Sering minum boba? Dwi mengingatkan akan risiko mengidap diabetes mellitus. Ini membuat dinding pembuluh darah berubah menjadi lebih rentan dan terjadi penyumbatan.
"Diabetes bisa memunculkan penyakit jantung dan mempercepat terjadinya penyakit tidak menular lainnya, seperti strok," jelas Dwi.
Tak bisa menolak manisnya boba? Kalau ingin menikmati minuman manis, menurut Dwi, prinsipnya tidak boleh sering.
Di samping itu, Dwi juga mengingatkan agar penikmat boba menyeimbangkan asupan kalori yang masuk dengan yang keluar. Artinya, mereka perlu cukup berolahraga serta cukup mengonsumsi makanan berserat supaya kelebihan gula di darah yang akan ditimbun mejadi lemak tetap bisa diolah oleh tubuh.
"Pada orang yang diabetes melitus kelebihan gulanya tidak bisa dicerna," ujarnya.
Dwi pun mengingatkan untuk menjalani prinsip CERDIK, yakni cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.