REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Strok adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (strok iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (strok hemoragik). Umumnya, strok menyerang orang dengan usia di atas 60 tahun, namun serangannya juga bisa menyasar seseorang di usia muda.
Dokter spesialis saraf di Klinik Wijaya dr Sukono Djojoatmodjo menerangkan, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko strok di usia muda. Faktor kesehatan, gaya hidup, dan keturunan termasuk di antaranya.
Menurut Sukono, beberapa penyakit yang berkaitan dan memicu strok, misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, dan irama jantung tidak beraturan. Ia menjelaskan bahwa tekanan darah yang aman itu 120/80.
"Kalau 140/90 ke atas itu pasti berisiko strok. Maka dari itu kita harus sering mengukur tekanan darah untuk mengantisipasi strok," kata Sukono dalam sebuah seminar memperingati World Stroke Day 2019 di Klinik Wijaya, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan Sample Registration System (SRS) pada 2014, strok masih menjadi penyebab kematian tertinggi kategori penyakit tidak menular di Indonesia dengan angka 21,1 persen. Dalam satu detik, serangan strok bisa menyebabkan kematian sekitar 32.000 sel otak.
Artinya, ada sekitar 1,9 juta sel otak yang akan rusak dalam satu menit setelah serangan strok terjadi. Padahal, otak orang dewasa rata-rata memiliki sekitar 100 miliar sel otak. Kematian sel-sel otak dapat berujung pada kecacatan atau bahkan kematian dari pasien strok.