Sabtu 16 Nov 2019 17:23 WIB

Pengaruh Obat-Obatan Herbal Pada Pasien Kanker

Banyak pasien kanker tidak memberitahu dokter sedang menjalani terapi komplementer.

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Nora Azizah
Obat-obatan herbal
Foto: dok istimewa
Obat-obatan herbal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dilansir dari Sky News, Kamis (14/11), obat herbal yang termasuk bawang putih, jahe dan kunyit berdampak buruk terhadap pembekuan darah. Tak hanya itu, obat herbal tersebut juga dapat menghentikan penyembuhan jaringan kulit.

Ahli bedah kanker payudara terkemuka, Profesor Maria Joao Cardoso mengatakan, pasien kanker payudara yang menggunakan obat herbal akan alami lebih banyak kerusakan kulit daripada menghasilkan keindahan pada kulit. Menurutnya, obat yang termasuk bawang putih, jahe, kunyit dan ginseng berdampak buruk terhadap pembekuan darah.

Baca Juga

"Obat herbal tersebut dapat menghentikan penyembuhan jaringan kulit ketika kanker payudara menyebar," ujar Cardoso.

Prof Cardoso yang juga Kepala Ahli Bedah Payudara di Champalimaud Cancer Centre di Portugal, mengatakan, tidak ada bukti bahwa obat herbal dan krim tropis bisa merawat luka kulit secara efektif. “Obat itu akhirnya bisa melakukan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan,” kata Cardoso saat konferensi Kanker Payudara lanjutan di Lisbon.

Ia mengatakan, banyak pasien tidak memeriksa dan tidak memberi tahu dokter, bahwa mereka menggunakan terapi komplementer. Menurutnya, ada banyak terapi, terutama produk herbal dan krim topikal, yang dapat berdampak negatif dalam pengobatan kanker.

"Banyak senyawa yang kompleks dan beberapa bahan dapat menunda penyembuhan dan mengganggu keberlangsungan perawatan sistemik yang sedang berlangsung,” katanya.

Jaringan kulit yang dihasilkan sulit untuk diobati dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan kesulitan. Cardoso menambahkan, penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa produk tertentu dapat mengurangi proses pembekuan darah yang diperlukan untuk menyembuhkan luka.

"Jika seorang pasien memiliki luka pendarahan, senyawa ini dapat memiliki dampak buruk yang kuat pada jaringan parut (area dari jaringan fibrosa (fibrosis) yang menggantikan kulit yang luka setelah cedera) dan seberapa baik pembalut luka bekerja,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement