REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr Gwee Kok Ann dari Gleneagles Hospital, Singapura, mengatakan rata-rata setiap orang buang gas atau kentut sebanyak 15-23 kali dalam sehari. Namun, kebanyakan orang tak menyadari mereka kentut sebanyak itu.
Volume gas yang dikeluarkan setiap seseorang kentut berkisar antara lima mili liter (ml) dan 300 ml. Dalam sehari penuh, totalnya bisa mencapai 400 ml hingga 1.500 ml. Sebagai perbandingan, tiap proses bernapas mengambil udara sebanyak 500 ml.
Dr Daphne Ang, konsultan senior di Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi Rumah Sakit Umum Changi, menyebut kentut terjadi karena manusia tak hanya menelan makanan dan minuman, tapi juga udara. Lalu, gas kentut itu juga muncul dari proses pencernaan di dalam perut.
Dilansir dari laman Channel News Asia, Ahad (17/11), berikut enam hal penting yang harus diketahui soal kentut dan kaitannya dengan kesehatan.
Pertama, benarkah kentut yang berbunyi tidak terlalu berbau?
Kita kerap mendengar bahwa, jika tidak mengeluarkan bunyi berarti akan sangat bau. Begitupun sebaliknya. Ternyata dua hal itu tidak saling berhubungan.
Sebab, kata Dr Gwee, suara kentut lebih dipengaruhi oleh pembukaan anus dan kekuatan dari gas yang akan keluar. Selain itu, kentut berbunyi juga terkait dengan jumlah gas yang akan dikeluarkan.
Kedua, bisakah seseorang mencegah agar kentutnya tak menyebar di udara?
Dr Gwee megatakan, jika seorang terlanjur kentut di sebuah ruangan yang banyak orang, lalu ia ingin pergi keluar agar tak terdeteksi, maka hal itu sungguh terlambat. “Penyebaran bau kentut bisa jadi luar biasa, karena kentut bisa menyebar secepat kecepatan suara,” kata Dr Gwee.
Meski demikian, Dr Ang menyebut jika kentut tak berbau, maka tentu tidak akan terdeteksi. Sebab, memang sebagian besar gas kentut tidaklah berbau, terlebih jika volume yang dilepaskan hanya kecil.
"Namun, jika gas itu mengandung belerang, itu akan dikaitkan dengan bau yang tidak sedap dan dapat memalukan seseorang secara sosial," kata Dr Ang.
Ketiga, sehatkah menahan kentut?
Potensi penyakit yang muncul ketika seseorang mehahan kentut, kata Dr Gwee, belum bisa dipastikan. Namun, jika terus ditahan, maka seseorang pasti akan merasa tidak nyaman. Selain itu, terus menahan kentut juga akan membuat gas dalam perut berakumulasi dan pada akhirnya menghasilkan kentut yang lebih besar.
Keempat, karbohidrat atau protein sebagai penyebab utama kentut?
Dr Ang menyebut bahwa karbohidrat dan protein sama-sama menjadi penyebab gas kentut. Namun, volume gas kentut bisa meningkat jika mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi dalam jumlah banyak lalu tidak tercerna secara keseluruhan.
"Karbohidrat yang tidak tercerna ini masuk ke usus besar, tempat bakteri usus memfermentasi mereka, dan menyebabkan perut kembung yang berlebihan," kata Dr Ang.
Meski demikian, protein akan menyebabkan bau. Terlebih jika seseorang menjalani diet tinggi protein, maka protein akan diproses secara lambat, lalu menghasilkan bau dari proses fermentasi bakteri.
Kelima, benarkah kentut laki-laki lebih bau dari pada kentut perempuan?
Ternyata hal itu tidaklah benar. Dr Gwee mengatakan, perempuan cenderung mengeluarkan kentut yang lebih bau.
“Ini kemungkinan karena kombinasi wanita yang mengalami lebih banyak sembelit dan lebih menyukai sayuran,” katanya.
Keenam, adakah obat yang harus dikonsumsi untuk mencegah kentut berlebihan?
Jika perut kembung membuat Anda malu dalam situasi sosial, Dr Ang menyarankan untuk meminum tablet arang. Alasannya arang menyerap gas dari saluran usus.
"Kebanyakan kasus kelebihan gas tidak menyiratkan sesuatu yang serius. Namun, Anda harus mengunjungi dokter Anda jika Anda memiliki sakit perut yang terus-menerus, episode sembelit atau diare berulang, aliran darah dalam tinja dan atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan," kata Dr Ang.