Selasa 26 Nov 2019 21:40 WIB

Risiko Kesehatan Anak yang Tinggal di Area Padat Kendaraan

Anak yang tinggal di area padat kendaraan bermotor memiliki risiko kesehatan.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Kepadatan lalu lintas. Anak yang tinggal di area padat kendaraan bermotor rawan terkena sejumlah penyakit.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepadatan lalu lintas. Anak yang tinggal di area padat kendaraan bermotor rawan terkena sejumlah penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dilakukan di 13 kota di Inggris dan Polandia belum lama ini mengungkapkan bahwa terdapat bahaya dari kehidupan di lingkungan di sekitar jalan-jalan yang padat dengan kendaraan bermotor. Penelitian menujukkan bahwa anak-anak tinggal di area seperti itu terpapar polusi dan membuat pertumbuhan paru mereka terhambat hingga 14 persen.

Laporan dalam studi mengatakan, hidup dalam jarak sekitar 50 meter dari jalan-jalan utama di suatu wilayah daerah maupun kota meningkatkan risiko kanker paru hingga 10 persen. Selain itu, polusi udara juga dikatakan berkontribusi pada peningkatan resiko penyakit jantung, strok, dan bronkitis.

Studi yang ditulis oleh King’s College London menganalisis 13 kondisi kesehatan pada orang yang tinggal di daerah dengan polusi tinggi dan membandingknnya dengan populasi umum. Tak hanya jumlah kematian yang ditemukan meningkat di rumah sakit, gejala-gejala, seperti infeksi dada juga semakin sering terjadi.

Polusi udara dari pinggir jalan yang padat kendaraan ditemukan menghambat pertumbuhan paru pada anak-anak. Tercatat sekitar 14 persen di Oxford, 13 persen di London, lima persen di Birmingham, Liverpool sebanyak tiga persen, dan empat persen di Southampton.

Para peneliti juga mengatakan bahwa polusi udara berkurang seperlima, akan ada lebih sedikit kasus anak-anak dengan gejala bronkitis di seluruh kota-kota di Inggris. Menurut dr Rob Hughes, polusi udara membuat banyak orang, khususnya anak-anak akan sakit, bahkan sejak hari mereka dilahirkan.

“Polusi udara membuat kita dan terutama anak-anak kita, sakit sejak lahir sampai mati, tetapi seringkali ini tidak terlihat," ujar Hughes dilansir BBC, Selasa (26/11).

Menurut Penny Woods, dokter yang juga menjadi kepala eksekutif British Lung Foundation, Pemerintah Inggris harus secara hukum berkomitmen untuk memenuhi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membersihkan udara yang berbahaya dari negara itu. Target dari WHO adalah 40 μg / m3 - 40 mikrogram nitrogen dioksida tahunan per meter kubik udara.

“Sepertinya setiap hari kita melihat semakin banyak bukti tentang dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan di paru-paru kita. Itulah (organ) yang paling rentan terkena,” jelas Woods.

Woods juga mengatakan bahwa polusi udara menghambat paru-paru anak-anak yang seharusnya masih perlu berkembang dengan baik. Namun, fakta yang ada, mereka harus memiliki kondisi paru-paru tidak ideal, yang gejalanya diperburuk oleh kualitas udara yang buruk.

Sejumlah aktivis di Inggris telah meminta pemerintah untuk berkomitmen menangani polusi udara yang berbahaya di negara itu. Kelompok di balik penelitian ini terdiri dari 15 LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan lingkungan, termasuk diantaranya British Lung Foundation telah menyerukan agar adanya jaringan nasional Zona Udara Bersih di Inggris.

Sementara itu, polusi udara beracun yang terjadi di wilayah tengah Ibu Kota London dilaporkan mengalami penurunan ke tingkat ketiga, sejak diperkenalkannya zona pengisian lalu lintas baru. Selain itu, dilaporkan tngkat nitrogen dioksida di Zona Emisi Ultra Rendah (ULEZ) turun 30 persen dalam enam bulan pertama skema diberlakukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement