Kamis 28 Nov 2019 01:00 WIB

Antibiotik Oral Pengaruhi Risiko Penyakit Parkinson

Studi ungkap antibiotik oral berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit parkinson

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Antibiotik
Foto: pixabay
Antibiotik

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Sebuah studi mengungkapkan paparan yang lebih tinggi terhadap antibiotik oral berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit parkinson. Gangguan neurodegeneratif ini mungkin terkait dengan hilangnya bakteri usus yang menguntungkan.

Para peneliti, termasuk dari University of Helsinki di Finlandia, menganalisis data hampir 14 ribu pasien penyakit Parkinson. Data itu diringkas dari pendaftar nasional selama 1998-2014. Peneliti membandingkan dengan mereka yang berasal dari 40.697 orang yang tidak terkena dampak yang cocok dengan usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal dengan cara yang dikendalikan oleh kasus.

Baca Juga

Temuan penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Movement Disorders, mengungkapkan penggunaan tertentu dapat memengaruhi orang terkena penyakit parkinson dengan penundaan hingga 10-15 tahun. Para peneliti memeriksa paparan antibiotik pada pasien selama tiga periode waktu yang berbeda sebelum tanggal indeks. Ini berdasarkan data pembelian obat.

Mereka menglasifikasikan paparan obat berdasarkan jumlah yang dibeli. Para ilmuwan juga memeriksa paparan obat dengan menglasifikasikan antibiotik sesuai dengan struktur kimianya, spektrum anti mikroba, dan mekanisme aksi.

“Hasil kami menunjukkan beberapa antibiotik diketahui sangat mempengaruhi mikrobiota usus, bisa menjadi faktor predisposisi,” kata peneliti utama penelitian Flip Scheperjans dari Rumah sakit Universitas Helsinki dilansir Indian Express, Selasa (26/11).

Dia mengatakan hubungan antara paparan antibiotik dan penyakit parkinson sesuai dengan pandangan saat ini yakni ada banyak pasien penyakit patologi yang mungkin berasal dari usus.

Scheperjans menjelaskan ini mungkin terkait dengan perubahan mikroba di usus tahun-tahun sebelum timbul gejala neurodegeneratif, seperti kelambatan, kekakuan otot dan guncangan ekstremitas. Para peneliti mengatakan perubahan patologis khas penyakit Parkinson telah diamati hingga 20 tahun sebelum pasien mendapatkan diagnosis.

Mereka menambahkan konstipasi, sindrom iritasi usus, dan penyakit radang usus semuanya telah dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terkena Parkinson.

“Penemuan ini juga memiliki implikasi praktik peresepan antibiotik di masa depan. Selain masalah resistensi antiobiotik, peresepan antimikroba juga harus mempertimbangkan efek jangkab panjang yang potensial pada mikrobioma usus dan perkembangan penyakit tertentu,” ujar Scheperjans.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement