Kamis 28 Nov 2019 00:46 WIB

Tren Penderita Menular Seksual di Kalangan Gay Meningkat

KSMI menyebut penderita infeksi menular seksual banyak diderita LSL atau gay

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Ilustrasi penderita homoseksual.
Ilustrasi penderita homoseksual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSMSI) mencatat penderita infeksi menular seksual (IMS) menunjukkan tren meningkat sejak 2016 lalu. Kemudian, dia melanjutkan, ada pergeseran bahwa waria bukan lagi faktor utama melainkan kontak seksual lelaki suka lelaki (LSL) atau gay dan populasinya meningkat drastis lebih banyak dari ibu rumah tangga. 

"IMS mulai meningkat di 2016. Riwayat penyakit menular seksual mulai marak," ujar Ketua Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI) Hanny Nilasari saat temu media mengenai temu media IMS dan HIV/AIDS, di Kementerian Kesehatan Jakarta, Rabu (26/11). Hanny menambahkan, selain LSL penderita yang terinfeksi IMS merupakan kalangan siswa dan mahasiswa usia 16-18 tahun dan menduduki usia kedua. 

Selain itu, pihaknya mencatat pergeseran masyarakat yang pertamakali melakukan hubungan seksual di usia 15 hingga 19 tahun sudah melakukan hubungan seksual pertama kali. "Padahal IMS sangat erat hubungannya dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Satu kali terkena IMS juga berisiko terkena HIV/AIDS," ujarnya. 

Apalagi, ia menambahkan mayoritas seseorang menderita penyakit ini tidak mau memberitahu pasangannya sehingga infeksinya bisa berlanjut. Sebab, dia menjelaskan kasus IMS dan HIV apalagi masih dalam gejala dini tidak terlihat dari fisik.