Jumat 29 Nov 2019 01:01 WIB

Kanker Paru Stadium Awal Belum Bisa Dideteksi

Masyarakat diminta untuk menghindari faktor risiko, misalnya merokok.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Kanker Paru (ilustrasi)
Foto: Republika TV/Fian Firatmaja
Kanker Paru (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Beban Kanker Nasional Evlina Suzanna Sinuraya menjelaskan, penyakit mematikan kanker paru-paru saat masih berada di stadium awal belum bisa segera dideteksi. Masyarakat diminta untuk menghindari faktor risiko, misalnya merokok.

"Kenapa kanker paru-paru tidak segera diketahui saat masih stadium satu? Karena ukuran (sel kanker) yang masih kecil, jadi tidak terlalu menyumbat udara yang masuk (ke paru-paru) untuk menghembuskan karbondioksida (CO2)," ujarnya saat acara bertema "Kanker Paru ALK+: Kenali, Periksa, Tangani Bersama", di Jakarta, Kamis (28/11).

Baca Juga

Tak heran, ia menyebutkan seseorang baru ketahuan menderita kanker saat sudah memasuki stadium akhir. Celakanya, ia menyebut hingga saat ini belum ada teknologi canggih dari organisasi kesehatan dunia (WHO) untuk skrining awal penyakit ini sebelum menjadi kanker.

"Jadi belum ada deteksi dini (sebelum menjadi kanker paru-paru).  Kalau sudah terdeteksi, biasanya itu menjadi kanker," katanya.

Karena itu, ia meminta masyarakat menghindari faktor risiko utama kanker ini yaitu merokok aktif, atau menjadi perokok pasif di lingkungan perokok, atau menjadi perokok ketiga yaitu anak misalnya ayah yang sudah tidak merokok pulang dari kantor kemudian pulang menggendong anaknya yang masih bayi, padahal badannya melekat zat aktif rokok. Kemudian buah hatinya jadi perokok ketiga yang ikut memiliki risiko terkena kanker paru-paru. Disinggung mengenai rokok elektrik (vape) yang bisa menjadi alternatif, dia membantahnya.

"Vape tidak meminimalisasi risiko kanker paru-paru. Vape sama berbahayanya dengan perokok konvensional, malah lebih berbahaya karena partikelnya lebih mendalam, apalagi menghisapnya lebih dalam," ujar perempuan yang juga Staf Medik Fungsional Patologi Anatomi di rumah sakit (RS) Kanker Dharmais tersebut.

Karena itu, ia meminta masyarakat harus berhenti merokok apa pun bentuknya dan memahami tubuhnya. Ia menjelaskan, ketika kanker berkembang di tubuh seseorang, sel ini tumbuh dan membuat seseorang merasakan sesak napas ketika menghembuskan napas. Selain itu, ia menyebut ciri-ciri lain penderita kanker paru adalah mudah lelah karena terjadi gangguan di paru-parunya saat harus kembang kempis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement