Rabu 04 Dec 2019 05:57 WIB

Risiko Penularan Penyakit tak Menular Meningkat

Dibutuhkan komitmen memerangi penyakit tak menular.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Muhammad Hafil
Penyakit tak menular (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penyakit tak menular (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa tren penyakit tidak menular (PTM) yang terus meningkat tak hanya mempengaruhi kesehatan masyarakat tetapi juga kehidupan masyarakat secara umum. Peningkatan PTM bahkan diperkirakan akan menghambat inisiatif pengentasan kemiskinan di negara-negara berpenghailan rendah.

Tak hanya itu, WHO juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang kurang mampu lebih berisiko terkena PTM dan mengalami kematian dini terkait PTM. Alasannya, orang-orang yang kurang mampu cenderung lebih berisiko terpapar produk berbahaya seperti tembakau atau praktik diet yang tidak sehat.

Baca Juga

WHO juga menyoroti bahwa orang-orang yang kurang mampu secara finansial memiliki akses layanan kesehatan yang terbatas. Biaya perawatan kesehatan bila terkena PTM akan cepat menghabiskan sumber daya rumah tangga bagi keluarga dengan kemampuan finansial yang rendah.

"Kita membutuhkan komitmen serius dan kolaborasi dari seluruh stakeholder termasuk pemerintah, akademisi, asosiasi profesi, lembaga swadaya masyarakat untuk bisa memerangi penyakit tidak menular bersama-sama," terang Ketua Komite Aliansi Penyakit Tidak Menular Indonesia dr Anna Ulfah Rahajoe FIHA Sp.JP(K) dalam siaran pers yang diterima Republika , Selasa (3/12).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi PTM terus mengalami peningkatan di Indonesia. Bila memabndingkan Riskesdas 2013 dan 2018, prevalensi kanker meningkat dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen, strok meningkat dari 7 persen menjadi 10,9 persen, penyakit ginjal kronik meningkat dari 2 persen menjadi 3,8 persen, dan diabetes mellitus meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen.

Beragam faktor risiko yang berkaitan dengan PTM juga turut mengalami peningkatan. ebaga contoh, tekanan darah tinggi meningkat dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Selain itu, prevalensi merokok remaja juga meningkat dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen dan kurang aktivitas fisik meningkat dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen.

Pola makan yang turut berkaitan dengan risiko PTM juga tampak masih sangat kurang. Sekitar 95,5 persen masyarakat Indonesia dinilai masih kurang dalam konsumsi buah dan sayur.

"Penyakit kardiovaskular dan diabetes menempati urutan teratas pada beban penyakit tidak menular secara nasional," jelas dr Asmoko Resta Permana SpJP dari Yayasan Jantung Indonesia.

Bersama dengan Aliansi PTM di seluruh dunia, Aliansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Indonesia berpartisipasi dalam kampanye #CUKUP. Fokus kampanye ini adalah Memastikan Hidup Sehat untuk Semua: PTM dan Cakupan Kesehatan Universal.

Pekan Global untuk Aksi pada PTM adalah kesempatan untuk berbicara satu sama lain, kepada para pemimpin, kepada media, kepada orang banyak, kepada dunia tentang

pentingnya mengintegrasikan PTM di semua aspek UHC. Aliansi PTM Indonesia juga turut mendorong dan mengingatkan pemerintah untuk

bertindak berdasarkan komitmen untuk meningkatkan kesehatan untuk semua pencegahan dan pengendalian PTM. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement