REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah penelitian terbaru telah menyelidiki hubungan antara produk kecantikan rambut dan kanker payudara. Temuan ini telah menimbulkan telah kegemparan di AS.
Seniman AS yang dekat dengan Keanu Reeves, Alexandra Grant, belum lama ini juga mengunggah berita tersebut. Grant yang beruban sejak masih muda memutuskan tak mengecat rambut putihnya.
Jadi, sebetulnya, betulah kesimpulan yang ditarik Grant? Berdasarkan penelitian, secara keseluruhan, kanker payudara memengaruhi sekitar 1 dari 8 wanita selama masa hidup mereka.
Studi yang diterbitkan oleh International Journal of Cancer berfokus pada produk kecantikan rambut. Secara khusus, para peneliti menyelidiki cat rambut dan pelurus rambut kimia, yang secara permanen atau semipermanen dapat melemaskan rambut.
Selama bertahun-tahun, sejumlah penelitian telah mengisyaratkan peran potensial produk rambut dalam kanker. Seperti yang dijelaskan oleh penulis studi, dilansir Medical News Today, Senin (9/12), produk rambut mengandung lebih dari 5.000 bahan kimia, termasuk beberapa dengan sifat yang mengganggu mutagenik dan endokrin.
Penelitian yang lebih lama telah menunjukkan bahwa bahan kimia tertentu dalam pewarna rambut dapat menyebabkan tumor pada kelenjar susu tikus. Namun, penelitian yang mencari hubungan antara produk rambut dan kanker payudara pada populasi manusia telah berujung pada hasil yang tidak konsisten.
Para penulis penelitian yang berbasis di Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan memutuskan untuk memasukkan pelurus rambut dalam analisis karena studi sebelumnya sebagian besar mengabaikan produk tersebut. Menurut penulis, bahan kimia pelurusan rambut ini digunakan terutama oleh wanita keturunan Afrika.
Mengingat bahan-bahan produk rambut cenderung bervariasi tergantung pada apakah produsen memasarkannya untuk wanita kulit putih atau hitam, penulis bertanya-tanya apakah ini mungkin berperan dalam perbedaan dalam kanker payudara. Untuk menyelidikinya, para peneliti mengambil data dari Sister Study.
Set data ini mencakup informasi dari 50.884 wanita berusia 35-74 tahun. Para ilmuwan memantau para wanita selama rata-rata 8,3 tahun. Para peserta tidak memiliki riwayat kanker payudara, tetapi setidaknya seorang saudari mereka ada yang pernah di diagnosis kanker payudara.
Sebagai bagian dari analisis mereka, para peneliti memperhitungkan berbagai variabel, termasuk usia, status menopause, status sosial ekonomi, dan riwayat reproduksi. Mereka juga memiliki akses ke informasi tentang penggunaan produk perawatan rambut oleh para responden.
Peneliti menemukan bahwa wanita yang menggunakan pewarna rambut secara teratur dalam 12 bulan sebelum mendaftar dalam penelitian ini 9 persen lebih mungkin mengembangkan kanker payudara. Secara khusus, ketika para ilmuwan menilai penggunaan pewarna permanen, mereka menemukan bahwa wanita yang menggunakan produk ini setiap 5-8 pekan atau lebih memiliki peningkatan risiko kanker payudara.
Di antara wanita kulit putih, risikonya meningkat sebesar 8 persen. Sementara itu, antara perempuan kulit hitam, risikonya meningkat sebesar 60 persen.
Para penulis penelitian tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kanker payudara dan penggunaan pewarna semipermanen atau sementara.
Ketika mereka melihat pelurus rambut kimia, mereka menyimpulkan bahwa wanita yang menggunakannya setiap 5-8 pekan atau lebih memiliki risiko 30 persen lebih tinggi terkena kanker payudara. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara wanita kulit putih dan kulit hitam, meskipun perlu dicatat bahwa wanita kulit hitam tampaknya lebih sering menggunakan produk ini.