Jumat 13 Dec 2019 07:30 WIB

Studi: Risiko Strok Meningkat pada Orang yang Tidur Kelamaan

Tidur kelamaan dari waktu yang direkomendasikan meningkatkan risiko strok.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Tidur. Orang yang tidur lebih dari sembilan jam atau lebih di malam hari lebih berisiko terserang strok.
Foto: ABC News
Tidur. Orang yang tidur lebih dari sembilan jam atau lebih di malam hari lebih berisiko terserang strok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aturan tidur untuk orang dewasa biasanya adalah sekitar delapan jam sehari. Waktu tersebut dianggap cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan.

Belakanganm ada studi yang diterbitkan dalam jurnal Neurologi yang melaporkan fakta cukup mengejutkan. Tidur lebih dari sembilan jam bisa meningkatkan risiko strok.

Baca Juga

Dilansir laman Indian Express, penelitian mengungkap bahwa orang yang tidur sembilan jam atau lebih per malam, 23 persen lebih mungkin untuk terserang strok dibandingkan orang yang tidur tujuh hingga kurang dari delapan jam per malam. Sebanyak 85 persen orang yang lebih tua dan tidur sembilan jam atau lebih di malam hari sehingga kelompok ini lebih mungkin untuk terserang strok.

Para peneliti, termasuk dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Cina, meneliti 31.750 orang di Cina dengan usia rata-rata 62 tahun. Peneliti mengikuti mereka selama rata-rata enam tahun.

Rata-rata responden yang diteliti tidak memiliki riwayat strok atau masalah kesehatan utama pada awal penelitian. Tetapi, selama penelitian, nyatanya peneliti mencatat 1,557 kasus strok.

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi risiko strok, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan merokok. Penelitian ini juga mengungkapkan, orang yang memiliki kualitas tidur yang buruk, 29 persen lebih mungkin untuk dirundung strok dari orang-orang yang mengaku mereka tidur nyenyak.

"Hasil ini menekankan pentingnya tidur siang, waktu tidur moderat, dan tidur kualitas yang baik, lebih banyak pada orang dewasa usia menengah dan lebih tua," kata rekan penulis studi Xiaomin Zhang dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong.

Hubungan antara penelitian ini tidak membuktikan hubungan antara tidur panjang, tidur, dan strok. Para peneliti juga mengakui penelitian masih ada kekurangannya. Salah satunya adalah informasi tentang tidur dan diambil dari kuesioner, bukan dari rekaman tidur yang sebenarnya.

Studi ini juga mencatat bahwa data gangguan tidur seperti mendengkur dan sleep apnea tidak dikumpulkan. Penelitian melibatkan orang dewasa China yang lebih tua dan sehat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement