Jumat 13 Dec 2019 09:15 WIB

Pengidap Diabetes Semakin Muda, Apa Pemicunya?

Pengidap diabetes belakangan makin banyak yang berasal dari usia muda.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pola makan tak sehat. Pengidap diabetes belakangan semakin banyak yang masih berusia muda.
Foto: ABC
Pola makan tak sehat. Pengidap diabetes belakangan semakin banyak yang masih berusia muda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa kasus diabetes di Indonesia mengalami peningkatan dari yang semula 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen pada 2018. Sekitar 90-95 persen dari seluruh kasus diabetes yang terjadi adalah diabetes mellitus tipe 2.

Sebagian besar kasus diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya bisa dicegah karena berkaitan dengan gaya hidup. Ironisnya, penyakit yang dapat dicegah ini justru semakin banyak ditemui pada kelompok usia yang lebih muda.

Baca Juga

"Angkanya sendiri kita belum punya, tapi ada tendensi (bergerak ke usia yang lebih muda)," jelas spesialis kedokteran olahraga dr Rachmad Wishnu Hidayat SpKO dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (Perdoki) dalam kegiatan Cities Changing Diabetes (CCD) di Universitas Yarsi berasama Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Novo Nordisk Indonesia, Jakarta.

Wishnu menilai, salah satu faktor yang paling mendasari pergeseran tren diabetes mellitus tipe 2 ke usia yang lebih muda adalah gaya hidup. Pengaturan pola makan (diet) hingga kebiasaan berolahraga termasuk di dalamnya.

Terkait pola makan, Wishnu melihat, adanya kekurangpahaman atau ketidakpedulian terhadap pentingnya menjaga pola makan pada generasi muda. Alhasil, konsumsi kalori mereka berlebih. Padahal, itu dapat berujung pada kegemukan dan obesitas yang merupakan faktor risiko dari diabetes mellitus tipe 2.

Terkait kebiasaan olahraga dan aktivitas fisik, Wishnu mengatakan, saat ini ada banyak produk teknologi yang memudahkan urusan sehari-hari. Akan tetapi, kemudahan yang ditawarkan teknologi ini juga mendorong sebagian orang untuk tidak banyak beraktivitas fisik.

"Mau pesan makanan nggak mau jalan (pesan lewat aplikasi)," ungkap Wishnu.

Tak hanya itu, sebagian orang juga kurang memiliki motivasi untuk berolahraga secara rutin. Alasan yang paling sering diutarakan adalah tidak memiliki waktu untuk berolahraga.

Padahal, menurut Wishnu, olahraga cukup dilakukan sekitar 30 menit per hari saja. Durasi olahraga ini pun bisa dibagi-bagi sesuai dengan kondisi.

Wishnu mencontohkan, karyawan yang sibuk bekerja bisa meluangkan 10 menit di pagi hari sebelum bekerja untuk berolahraga. Setelah itu dilanjutkan 10 menit di suang hari dan 10 menit di malam hari setelah pulang kerja.

"Cuma 10 menit, 10 menit, 10 menit. Kalau tidak bisa dilakukan berarti kesimpulan kita satu, memang motivasi yang menajdi masalah utamanya, bukan karena nggak ada waktu," ujar Wishnu.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Dwi Octavia THL MEpid mencontohkan, ada beberapa kasus diabetes mellitus tipe 2 yang ditemukan pada pasien berusia 30 tahunan. Dalam kasus seperti ini, tentu pasien memiliki beragam faktor risiko diabetes yang tak terkontrol di usia yang lebih muda lagi, misalnya sejak remaja atau sejak awal 20 tahunan.

Oleh karena itu, Dwi mendorong agar generasi muda menjaga dan menerapkan pola hidup yang sehat. Anjuran ini tak hanya berlaku bagi generasi muda yang berisiko terhadap diabetes, tetapi juga untuk semua generasi muda.

Dwi juga mengatakan, generasi muda dan masyarakat pada umumnya bisa memanfaatkan fasilitas posbindu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin secara periodik. Tujuan pemeriksaan kesehatan ini adalah untuk memantau dan mendeteksi dini berbagai faktor risiko penyakit tidak menular seperti diabetes. Bila terdeteksi lebih dini, faktor-faktor risiko ini bisa dikelola agar tak berkembang menjadi penyakit.

Dwi mengungkapkan, ada serangkaian pemeriksaan kesehatan rutin yang bisa didapatkan masyarakat melalui posbindu. Di sana, masyarakat bisa melakukan pengukuran lingkar perut, pemeriksaan tekanan darah, pengukuran indeks massa tubuh melalui tinggi, dan berat badan.

Petugas kesehatan nantinya juga akan mewawancarai pasien mengenai gaya hidup. Termasuk soal kebiasan merokok, pola makannya, dan pola aktivitas fisik, dan istirahatnya.

"Risiko-risiko perilaku ini juga ditanyakan," jawab Dwi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement