Sabtu 14 Dec 2019 02:10 WIB

Studi Kaitkan Gangguan Irama Jantung dengan Depresi dan ADHD

Anak yang mengalami gangguan irama jantung lebih berisiko depresi, ADHD.

Rep: MGROL 125/ Red: Reiny Dwinanda
ADHD (ilustrasi). Anak yang mengalami gangguan irama jantung lebih berisiko depresi, kecemasan, dan ADHD.
Foto: healthliving
ADHD (ilustrasi). Anak yang mengalami gangguan irama jantung lebih berisiko depresi, kecemasan, dan ADHD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ADHD, kecemasan, dan depresi merupakan gangguan yang sering terjadi pada remaja dan anak-anak. Dilansir Health 24, anak-anak dan remaja dengan gangguan irama jantung (cardiac arrhythmias), lebih mungkin menderita depresi, kegelisahan, dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD) bila dibandingkan dengan sebayanya yang tak memiliki penyakit kronis tertentu.

Temuan itu berasal dari penelitian awal yang dipresentasikan di American Heart Association’s Scientific Sessions 2019  pada awal bulan ini. Cardiac arrhythmias merupakan istilah medis untuk detak jantung tidak teratur atau abnormal. Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia.

Gangguan irama jantung ini terjadi ketika jantung berdetak terlalu lambat (bradikardia) atau terlalu cepat (takikardia). Tergantung pada penyebabnya, kondisi ini dapat diobati melalui implantasi alat pacu jantung permanen atau beberapa strategi lainnya.

Menurut Keila N Lopez MD MPH, penulis utama studi ini, temuan awal berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan, gangguan kecemasan, depresi, dan ADHD lebih mungkin terjadi pada orang dewasa muda yang lahir dengan kondisi cacat jantung struktural (penyakit jantung bawaan).

Namun, menurut Lopez, yang juga anggota Komite Cacat Jantung Bawaan Asosiasi Jantung Amerika, gangguan tersebut juga tampak sama peluangnya untuk dialami oleh anak dengan berbagai masalah cardiac arrhythmia tanpa penyakit jantung struktural, tetapi telah didiagnosis atau sedang minum obat untuk meredakan kegelisahan dan depresi. 

Sementara itu, lebih dari seperempat juta anak dengan cardiac arrhythmia yang dirawat di ruang gawat darurat Rumah Sakit Texas Children antara 2011 dan 2016, sembilan kali lebih mungkin didiagnosis atau dirawat karena kecemasan atau depresi. Selain itu, mereka hampir lima kali lebih mungkin didiagnosis ADHD, dibandingkan dengan anak-anak tanpa penyakit kronis tertentu.

Menurut Bradley S Marino MD MPP MSCE, penelitian juga menunjukkan, berdasarkan populasi anak-anak dengan cardiac arrhythmias yang tidak memiliki penyakit jantung bawaan, mungkin secara spesifik dan signifikan dapat menderita depresi dan ADHD. 

“Potensi ino perlu kita identifikasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka," kata mantan ketua Asosiasi Jantung Amerika Penyakit Jantung Bawaan Seumur Hidup dan Kesehatan Jantung di Dewan Young ini.

Oleh sebab itu, Lopez menekankan pentingnya menjaga aritmia anak-anak serta kesehatan mental mereka. "Skrining untuk kecemasan atau depresi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pada anak-anak dan remaja yang memiliki gangguan irama jantung dan penyakit kronis lainnya," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement