REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nampaknya kita mesti lebih berhati-hati dalam menggunakan makeup dan aplikatornya. Baru-baru ini sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa produk make up beserta aplikatornya seperti beauty blender menjadi tempat berkembang biak bakteri yang mematikan.
Studi yang dilakukan oleh Universitas Aston AS tersebut menemukan bahwa sebagian besar produk make-up yang digunakan seperti beauty blender, maskara, dan lip gloss telah terkontaminasi oleh superbug (bakteri resisten obat) yang berpotensi mengancam jiwa.
"Produk make-up yang digunakan setiap hari oleh jutaan orang terkontaminasi oleh superbug yang berpotensi mematikan, seperti E coli dan Staphylococci," kata ketua penelitian Amreen Bashir dari Universitas Aston di AS, dilansir Times of India, Ahad (15/12).
Umumnya, superbug berkembang biak di aplikator make up yang tidak pernah dibersihkan ataupun pada makeup yang kadaluwarsa. Meskipun sebagian besar jenis E coli tidak berbahaya, tetapi beberapa di antaranya dapat menyebabkan diare berdarah, bahkan gagal ginjal dan dan kematian.
Studi yang telah dipublikasikan dalam Journal of Applied Microbiology tersebut menyatakan, bakteri superbug itu yang dapat menyebabkan beragam penyakit mulai dari infeksi kulit hingga keracunan darah jika digunakan di dekat mata, mulut, atau luka. Orang dengan sistem kekebalan yang lebih rentan disebutkan lebih berisiko tertular infeksi dari bakteri oportunistik tersebut.
Selama penelitian, para peneliti meneliti beauty blender yang sangat populer digunakan untuk meratakan foundation. Beauty blender itu ternyata memiliki tingkat bakteri bahaya tertinggi, yang disebabkan oleh sebagian besar tidak pernah dibersihkan, jatuh ke lantai, dan lainnya.
Para peneliti menemukan produk tersebut sangat rentan terhadap kontaminasi karena sering dibiarkan lembab setelah digunakan. Walhasil menjadi tempat berkembang biak yang ideal untuk bakteri berbahaya.
"Praktik kebersihan yang buruk bagi konsumen dalam hal penggunaan make-up, terutama beauty blender, ini sangat mengkhawatirkan. Karena tanpa disadari konsumen menempatkan diri mereka dalam risiko," ujar Bashir menambahkan.