REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebagian orang yang berjuang menghadapi gangguan kesehatan mental birisiko mengalami keterpurukan pada aspek finansial. Para periset dari Lembaga Kebijakan Uang dan Kesehatan Mental Inggris mengungkapnya dalam studi terbaru.
Lembaga tersebut melakukan survei terhadap lebih dari 500 orang dengan masalah kesehatan mental di Inggris. Studi mendapati bahwa 64 persen peserta akan pulih lebih cepat jika tidak terjebak dalam siklus buruk terkait masalah uang.
Menurut para periset, kesejahteraan penderita gangguan kesehatan mental semakin buruk karena tidak mendapat informasi penting terkait hal tersebut. Bagaimanapun, kondisi demikian meningkatkan risiko kesulitan keuangan.
Mengidap gangguan kesehatan mental apapun membuat seseorang tiga setengah kali lebih berisiko terlilit utang. Institut menyebutkan, pengidap obsessive compulsive disorder (OCD) enam kali lebih mungkin mengalami kendala keuangan yang serius.
Sementara, pengidap depresi lima kali lebih mungkin mengalami pergulatan finansial karena kondisinya menyebabkan mood menurun dan konsentrasi memburuk. Orang dengan gangguan bipolar juga berisiko menghamburkan uang secara berlebihan dan impulsif.
Pimpinan eksekutif Lembaga Kebijakan Uang dan Kesehatan Mental Helen Undy mengatakan, dokter jarang membahas risiko itu saat menangani pengidap gangguan mental. Hanya satu dari 20 pasien yang mendapat informasi memadai terkait hal tersebut dari dokter.
Undy merekomendasikan agar dokter dan profesional kesehatan lainnya memberikan informasi tentang hubungan antara masalah kesehatan mental dan kesulitan keuangan. Dengan begitu, pasien bisa merujuk ke sumber dukungan lokal.
"Dokter dapat memainkan peran penting dengan hanya satu menit menyampaikan informasi ini. Intervensi serupa sudah ada untuk mengatasi kebiasaan merokok dan kekerasan dalam rumah tangga," kata Undy, seperti dikutip dari laman Metro.