REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga merupakan bagian penting dalam kehidupan. Selain menjaga pola makan, olahraga juga baik untuk kesehatan.
Olahraga dibutuhkan oleh semua orang termasuk mereka yang disabilitas. CEO dan Co-Founder ReFIT Indonesia, Irawan Amanko, menjelaskan dalam lima tahun terakhir kesadaran olahraga Indonesia membaik. Indikatornya terlihat di seluruh Indonesia di kota-kota pertama dan kedua. Kini level kabupaten pun memiliki progran Hari Bebas Tanpa Kendaraan.
Menurutnya, kesadaran berolahraga mnejadi indikator kesadaran kesehatan. Selain itu, banyaknya tempat gym baru bermunculan juga menjadi indikator kesadaran masyarakat akan berolahraga.
“Kalau bisnis sangat pragmatis, ketika ada kebutuhan mereka sediakan,” ujarnya dalam acara Press Conference Opening ReFIT Fitness Cabang Ke-7 dan Olahraga Bersama Sahabat Difabel, belum lama ini di Jakarta.
Irawan menambahkan, berdasarkan informasi dari luar negeri kesadaran generasi muda saat ini untuk hidup lebih sehat lebih baik. “Mungkin di usia dibandingkan saya dulu, mungkin 10 atau 15 tahun lalu, mereka juga sadar harus sehat, mereka juga rata-rata anak-anak muda sekarang kalau punya bujet mereka jalan-jalan, hangout, nongkrong dan juga olahraga. Olahraga selain sebagai kebutuhan mereka juga sebagai aktualisasi diri, mereka memajang foto olahraga di media sosial,” tambahnya.
Untuk kaum disabilitas, kesadaran olahraga pun sudah sangat tinggi. Ia mengatakan sebenarnya kaum disabilitas sudah banyak kegiatan yang terkait dengan olahraga. Sayangnya mereka terbatas aksesnya untuk berolahraga.
“Kita akan mulai itu dan gerakkan itu. Mereka perlu olahraga seharian duduk di kursi roda itu berbahaya, kita yang masih bisa bergerak juga berbahaya kalau terlalu banyak duduk,” ujarnya.
Manager Coach ReFIT Kebagusan, Suryadinata Usman, menjelaskan latihan untuk disabilitas berbeda dengan orang biasa. Menurutnya paling banyak gerakan simpel dan mobility exercise, seperti peregangan setelah itu baru diberikan penguatan-penguatan.
“Mobility exercise, difabel banyak yang pakai kursi roda, lower body diam, banyakan upper body, contohnya gerak memutar persendian bahu, putar tulang yang ada dibelakang yaitu tulang torasik,” ujarnya.
Selain itu, olahraga disabilitas itu berbeda dengan orang normal. Mereka bisa bergerak bebas dan angkat beban lebih berat, sedangkan difabel tidak bisa.
Untuk waktu olahraga, cukup sejam sudah termasuk pemanasan, latihan inti dan pendinginan. “Pemanasan sesuai dengan exercise yang dilakukan 10 atau 15 menit pemanasan,” sarannya.
Hal yang harus diperhatikan saat para disabilitas berolahraga adalah apakah mereka memiliki masalah kesehatan lain. Misalnya mereka yang duduk di kursi roda, apakah tubuh bagian atasnya ada masalah atau tidak. Mereka memiliki masalah persendian kah dan terakhir olahraganya apa dan kapan.