Ahad 22 Dec 2019 11:59 WIB

Vitamin E Asetat Jadi Dalang Penyakit Terkait Vaping

Vitamin E asetat disebut menjadi dalang penyakit terkait vaping.

Rep: MGROL 125 / Red: Reiny Dwinanda
Aneka cairan roko elektrik (vape). Kandungan vitamin E asetat disebut sebagai dalang penyakit akibat penggunaan vape di AS.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aneka cairan roko elektrik (vape). Kandungan vitamin E asetat disebut sebagai dalang penyakit akibat penggunaan vape di AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat otoritas kesehatan di Amerika Serikat sejauh ini menyalahkan vitamin E asetat pada sebagian besar kasus dalam wabah penyakit terkait vaping. Mereka mengatakan, dokter harus tetap memantau pasien setelah mereka pulang dari rumah sakit.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan saran terbaru tersebut pada Jumat. Sementara itu, penyelidik yang menelusuri asal produk vape yang membuat penggunanya jatuh sakit mengatakan bahwa mereka telah menutup 44 situs di internet yang mengiklankan penjualan kartrid vaping ilegal yang mengandung Tetrahydrocannabinol (THC).

Baca Juga

Saran medis terbaru itu didasarkan pada penelitian terhadap sekitar tiga persen pasien penyakit akibat vaping kembali ke rumah sakit dan terdapat tujuh orang meninggal setelah keluar dari rumah sakit. Studi ini menunjukkan bahwa penyakit akibat vaping dapat menjadi lebih buruk, bahkan mematikan, setelah pasien meninggalkan rumah sakit.

Hal tersebut membuat dokter harus memeriksa pasien dalam waktu dua hari setelah memperbolehkan mereka pulang. Tindak lanjut dua hari setelah keluar dari rumah sakit sebenarnya lebih pendek dari rekomendasi sebelumnya, yaitu satu hingga dua pekan.

Dibandingkan dengan pasien penyakit vaping lainnya, mereka yang kembali ke rumah sakit lebih mungkin memiliki kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, atau masalah pernapasan lainnya, seperti sleep apnea. Selain itu, mereka yang meninggal setelah keluar dari rumah sakit diperkirakan berusia 50 atau lebih.

CDC juga merilis informasi baru yang terus mengarah bahwa dalangnya adalah vitamin E asetat, agen penebalan yang telah ditambahkan ke cairan vaping THC ilegal. THC adalah bahan kimia dalam ganja yang membuat pengguna merasa ngefly.

Sebuah laporan yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine mengidentifikasi bahwa terdapat zat dalam cairan paru-paru 48 dari 51 pasien penyakit vaping dan tidak menemukannya dalam cairan paru-paru orang sehat. Selain itu, vitamin E asetat juga telah ditemukan dalam sampel produk vaping.

Dr Anne Schuchat dari CDC mengatakan kepada wartawan saat konferensi singkat pada hari Jumat bahwa kesimpulannya adalah vitamin E asetat menjadi penyebab penyakit pada sebagian besar pasien. Sementara itu, wabah nasional di AS terkait cedera paru terus berlanjut, tetapi kasus baru terpantau menurun.

Lebih dari 2.500 kasus penyakit vaping telah dilaporkan oleh 50 negara. Ada 54 kematian dan lebih banyak kematian sedang diselidiki.

Hasil wawancara dengan pasien dan keluarganya mengarahkan para penyelidik ke beberapa situs di internet yang ditutup oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan, serta Administrasi Pemberantasan Narkoba. Namun, agen tidak mengumumkan tuduhan kriminal.

Ada 44 domain situs di internet dengan nama-nama termasuk Stoners Marketplace dan Anonymous Meds. Kini, orang yang berkunjung ke situs itu akan mendapati pesan dengan huruf merah bertuliskan "Situs Ini Telah Disita".

Para penyelidik mengatakan, mereka tidak tertarik untuk mengambil tindakan terhadap individu yang menggunakan produk vaping. Namun, sebaliknya mereka berfokus pada pemasok Menurut pihak berwenang, beberapa situs web yang ditutup adalah situs penipuan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan uang tanpa pernah mengirimkan produk apa pun kepada konsumennya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement