REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Heartburn, refluks asam, dan GERD mungkin merupakan istilah yang cukup akrab di telinga masyarakat. Ketiganya berkaitan dengan rasa tidak nyaman di sekitar perut yang mungkin sulit dibedakan.
Heartburn, refluks asam, dan GERD pada dasarnya merupakan hal yang berbeda, namun berkaitan. Semua ini bermula dari esofagus atau kerongkongan.
Esofagus terdiri dari dominasi otot polos dan memiliki bentuk memanjang dari leher hingga ke rongga dada. Di area perut, esofagus terhubung dengan lambung.
"Di bagian paling bawah esofagus, ada sebuah katup yang memisahkan esofagus dengan lambung," jelas ahli gastroenterologi Scott Gabbard MD, seperti dilansir Cleveland Clinic.
Dalam kondisi normal, katup yang memisahkan esofagus dan lambung ini berada dalam kondisi menutup. Ketika seseorang menelan, katup ini akan terbuka sehingga makanan yang ada di esofagus bisa masuk ke lambung. Setelah itu, katup akan menutup kembali.
Refluks asam, menurut Scott, adalah gangguan yang terjadi ketika katup ini terbuka ketika seharusnya tidak terbuka. Terbukanya katup ini membuat isi di dalam lambung seperti enzim, makanan, asam atau cairan lambung naik kembali dari lambung ke esofagus.
Individu normal dapat mengalami refluks hingga satu jam per hari dan tidak menyadarinnya. Namun, pada kasus yang bermasalah, refluks asam dapat menyebabkan terjadinya beragam gejala.
Salah satu dari gejala yang mungkin muncul adalah heartburn. Ini merupakan sebuah sensasi terbakar yang muncul di sekitar area tengah dada atau di bawah tulang dada. Biasanya, heartburn muncul setelah menyantap makanan atau di malam hari saat dalam posisi berbaring.
"Jadi heartburn adalah sebuah gejala dari refluks asam. Refluks asam juga dapat menyebabkan regurgitasi," ungkapnya.
Scott menjelaskan bahwa GERD merupakan singkatan dari gastroesophageal reflux disease. GERD merupakan kondisi yang lebih berat dibandingkan refluks asam.
Pada GERD, menurut Scott, isi lambung yang naik ke atas esofagus dapat menyebabkan masalah. Beberapa di antaranya adalah batuk atau merasa seperti ada benjolan di belakang tenggorokan.
"GERD sebaiknya diobati untuk mencegah terjadinya masalah jangka panjang," kata Scott.