Kamis 26 Dec 2019 05:55 WIB

Sarapan Oatmeal Turunkan Risiko Strok

Oat dapat membantu menurunkan kolesterol.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Oatmeal bisa jadi pilihan karbohidrat sebelum berolahraga.
Foto: Flickr
Oatmeal bisa jadi pilihan karbohidrat sebelum berolahraga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi di Denmark menunjukkan orang-orang yang makan oatmeal untuk sarapan lebih rendah terserang risiko stoke, dibandingkan telur dan roti bakar putih. Mengonsumsi sarapan setiap hari, khususnya oatmeal sudah lama dikaitkan dengan pengurangan risiko stroke.

Namun, belum ada penelitian yang menawarkan gambaran jelas tentang bagaimana mengganti oatmeal untuk sarapan dengan makanan seperti telur, roti bakar, dan yogurt dapat berdampak pada risiko stroke. Para peneliti memeriksa data diet pada sekitar 55 ribu orang dewasa di Denmark berusia rerata 56 tahun, tanpa riwayat stroke.

Baca Juga

Pada awalnya, setiap pekan, peserta mengonsumsi rata-rata 2,1 porsi telur; tiga roti putih; satu porsi yogurt; dan hanya 0,1 porsi oatmeal. Peneliti mengikuti setengah dari peserta selama setidaknya 13 tahun empat bulan. Selama masa lanjutan, sebanyak 2.260 orang mengalami stroke.

Dengan menggunakan model statistik, para peneliti menghitung bahwa seseorang yang mengganti satu porsi telur atau roti putih dengan oatmeal akan memiliki risiko stroke 4 persen lebih rendah dibandingkan seseorang yang mengonsumsi telur atau roti untuk sarapan. Mengonsumsi oatmeal bukan yogurt tampaknya tidak berdampak risiko stroke.

“Hasil kami menunjukkan bahwa merekomendasikan lebih banyak orang memilih oatmeal daripada roti putih atau telur mungkin lebih bijaksana untuk pencegahan stroke, tetapi hubungan sederhana sangat mungkin bahwa faktor-faktor lain mungkin lebih penting,” kata penulis studi senior dari Universitas Aarhus, Denmark, Christina Dahm.

Sayangnya, studi tidak dirancang untuk membuktikan apakah atau bagaimana oatmeal dapat menurunkan risiko stroke. Menurut Dahm, oat dapat membantu menurunkan kolesterol.

“Kolesterol adalah faktor risiko stroke iskemik, dan hasil kami lebih kuat untuk stroke iskemik, yang dapat menunjukkan bahwa efek penurunan kolesterol dari makan gandum mungkin memiliki dampak jangka panjang pada risiko stroke iskemik,” ujar Dahm.

Kebanyakan stroke iskemik terjadi ketika gumapalan menghalangi arteri yang membawa darah ke otak. Untuk meminimalkan risiko itu, American Heart Association (AHA) merekomendasikan untuk tidak merokok, berolahraga teratur, menjaga berat badan, menjaga tekanan darah, kolesterol dan gula darah, serta makan makanan yang kaya akan biji-bijian, buah-buahan, sayuran, dan lemak. Mengganti satu porsi telur atau roti putih mingguan dengan oatmeal, dikaitkan dengan risiko stroke iskemik 5 persen lebih rendah dari penyumbatan di arteri kecil.

Secara keseluruhan, peserta studi yang makan lebih banyak telur dan roti putih cenderung memiliki kebiasaan makan yang kurang sehat dibandingkan orang yang makan lebih banyak oatmeal. “Mungkin pasien yang makan oatmeal merawat diri mereka sendiri dengan cara lain, dan ini menjelaskan efek yang diamati,” kata seorang peneliti di Universitas Calgary di Alberta, Kanada, dr. Michael D. Hill.

Karena itu, Hill yang tidak menjadi bagian dari penelitian menyimpulkan jika pendapatnya benar, maka orang-orang yang makan oatmeal hanya mengidentifikasi populasi orang sehat, daripada memiliki efek langsung pada proses patologis yang mengarah pada stroke.

“Ukuran porsi dan kualitas diet juga untuk pencegahan stroke,” kata seorang dokter dari Keck School of Medicine di Universitas Southern California, Los Angeles, dr. Amytis Towfighi.

AHA merekomendasikan diet untuk menghentikan hipertensi (DASH) atau diet gaya Mediterania untuk membantu mencegah penyakit kardiovaskular. Kedua diet menekankan memasak dengan minyak nabati dengan lemak tak jenuh, makan kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak, biji-bijian, ikan dan unggas, dan membatasi daging merah dan menambah gula dan garam.

“Studi ini memberikan dukungan tambahan dari diet Mediterania, yang meliputi konsumsi harian biji-bijian,” ujar Towfighi yang tidak terlibat dalam penelitian itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement