REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang yang mungkin sudah mengetahui bahwa pengaturan pola makan atau diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko beberapa masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2 hingga kanker. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa diet juga dapat memengaruhi penglihatan.
Sebuah studi terbaru dalam British Journal of Ophthalmology berhasil menemukan adanya hubungan antara diet yang tak sehat dengan kondisi degenerasi makula terkait usia (AMD). "AMD merupakan penyebab utama dari gangguan membaca permanen dan gangguan penglihatan pada orang-orang berusia 65 tahun ke atas," terang Central for Disease Control and Prevention (CDC), seperti dilansir Medical News Today.
AMD merupakan sebuah kondisi di mana usia memengaruhi kondisi retina dan menyebabkan gangguan pada penglihatan sentral. Padahal, penglihatan sentral membantu orang untuk melihat objek dengan jelas dan membantu orang dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca dan menyetir.
"Sebagian besar orang memahami bahwa diet memengaruhi risiko penyakit kardiovaskular dan risiko obesitas, tapi saya tidak yakin masyarakat berpikir mengenai apakah diet memengaruhi risiko kehilangan penglihatan di kemudian hari," jelas peneliti senior dari University at Buffalo Dr Amy Millen.
Studi yang dilakukan Millen dan timnya ini berlangsung hampir dua dekade, dari 1987 hingga 1995. Selama studi berlangsung, tim peneliti mengelompokkan jenis diet yang dilakukan para partisipan menjadi dua yaitu 'Prudent' dan 'Western'. 'Prudent' merupakan kelompok untuk pola makan yang sehat sedangkan 'Western' merupakan kelompok untuk pola makan yang tinggi asupan daging merah dan olahan, makanan yang digoreng, pencuci mulut, telur, hingga produk susu tinggi lemak dan minuman bergula.
Tim peneliti menemukan bahwa pola makan 'Prudent' dan 'Western' tidak memengaruhi risiko seseorang untuk terkena AMD pada usia yang lebih dini. Akan tetapi, tim peneliti menemukan bahwa penerapan pola makan ala 'Western' yang tidak sehat berkaitan dengan risiko AMD di kemudian hari.
"Mereka lebih mungkin mengalami penyakit (AMD) tingkat lanjut yang mengancam penglihatan sekitar 18 tahun kemudian," terang Millen. Pada tahap awal, AMD tidak memicu timbulnya gejala sehingga penderita AMD jarang menyadari kondisi tersebut. Namun ketika sudah memasuki tingkat lanjut, AMD akan menjadi kondisi yang berat dan harus ditangani secara invasif serta membutuhkan biaya besar.
Secara umum, ada dua jenis AMD pada tingkat lanjut yaitu AMD basah dan AMD kering. AMD basah juga dikenal dengan nama neovascular AMD sedangkan AMD kering dikenal dengan nama geographic atrophy.
Melalui temuan terbaru ini, Millen berharap masyarakat lebih menyadari bahwa pola makan atau diet yang mereka terapkan sehari-hari juga penting untuk kelangsungan penglihatan mereka dalam jangka panjang. Sebagai salah satu bentuk pencegahan AMD, perbaikan pola makan tentu patut diupayakan.
"Asupan makanan sanagt mungkin membuat perubahan dalam menentukan risiko kehilangan penglihatan sentral di kemudian hari," tutur Millen.