Kamis 02 Jan 2020 18:15 WIB

Hindari Hipotermia, Segera Ganti Pakaian Basah Saat Banjir

Tiga orang korban banjir meninggal dunia akibat hipotermia.

Warga melintasi banjir yang menggenangi Perumahan kawasan Jalan H. Ipin, Pondok Labu, Jakarta, Rabu (1/1/2020). Tingginya intensitas hujan sejak membuat jalan H.Ipin ke Pondok Labu terputus, Rabu (1/2). Segera ganti pakaian basah akibat banjir agar terhindar penyakit hipotermia..
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Warga melintasi banjir yang menggenangi Perumahan kawasan Jalan H. Ipin, Pondok Labu, Jakarta, Rabu (1/1/2020). Tingginya intensitas hujan sejak membuat jalan H.Ipin ke Pondok Labu terputus, Rabu (1/2). Segera ganti pakaian basah akibat banjir agar terhindar penyakit hipotermia..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) Jakarta mengingatkan pentingnya mencegah terjadinya hipotermia (kedinginan berat) atau kondisi menurunnya suhu tubuh secara drastis. Salah satunya bisa dilakukan dengan cara mengganti baju yang basah karena banjir dengan pakaian yang kering.

Ketua Umum PDEI Jakarta dr Abdul Halik Malik, MKM saat dihubungi di Jakarta, Kamis (2/1), menjelaskan tubuh yang terendam air banjir dan pakaian yang basah tanpa diganti hingga semalaman bisa memicu kondisi hipotermia.

Baca Juga

"Terutama mereka yang terendam cukup lama sehingga suhu tubuhnya menurun drastis. Atau pakaian basah dipakai sepanjang hari semalaman itu pemicu hipotermia sehingga bisa tidak tertolong," kata Halik.

Ia menjelaskan hipotermia merupakan suatu kondisi tubuh kehilangan suhu panas tubuh secara drastis. Kondisi tersebut memengaruhi sistem sirkulasi, sistem pernapasan, dan sistem saraf yang bisa berakibat fatal hingga kematian.

Normalnya suhu tubuh manusia berada di antara 36-37,2 derajat Celsius. Seseorang bisa mengalami hipotermia bila suhu tubuhnya lebih rendah dari 35 derajat Celsius.

Oleh karena itu, katanya, penting bagi korban banjir untuk menjaga suhu tubuhnya dengan mengenakan pakaian yang kering. Sebisa mungkin jaga tubuh agar tidak terendam air.

Hipotermia, kata dia, biasanya lebih rentan menyerang anak-anak dan lanjut usia yang kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan suhu lingkungannya lebih rendah. "Untuk kondisi tertentu seperti anak-anak dan usia lanjut itu kemampuan adaptasinya lebih kecil jadi lebih mudah mengalami hipotermia," kata Halik.

Ia menjelaskan orang yang mengalami hipotermia memiliki ciri-ciri seperti tubuh yang pucat kebiruan, menggigil, mati rasa pada beberapa bagian tubuh. Pada tahap berat akan menurunkan kesadaran, gangguan berbicara atau meracau, dan di tahap lebih berat lagi akan menyebabkan sesak napas, jantung berdebar kencang kemudian melemah, hingga pingsan.

Pada anak-anak biasanya diam tidak bisa menyampaikan sesuatu, lemas, menangis, tidak bisa diberi makan atau minum. Dilihat dari fisiknya juga pucat kebiruan atau kemerahan dan ketika diraba terasa dingin.

Pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami hipotermia, kata Abdul Halik Malik, adalah dengan memberikan pakaian yang kering ditambahkan dengan pakaian hangat seperti jaket atau selimut, diberi minuman hangat, atau juga bisa dikompres dengan air hangat di kepala dan leher.

Hujan yang terjadi secara terus menerus sejak 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2020 memicu terjadinya banjir di sejumlah wilayah Jabodetabek. Banjir juga tercatat menelan korban jiwa, tiga diantaranya akibat hipotermia. Tiga korban yang mengalami hipotermia adalah lansia.

Sementara penyebab meninggalnya korban yang lain adalah tersengat listrik dari aliran air banjir, tenggelam, dan tertimbun tanah longsor.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement