REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diimbau untuk mewaspadai ancaman keselamatan dan penyakit pada saat terjadi banjir ataupun setelahnya dengan pencegahan dan penanganan yang benar. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) Jakarta Abdul Halik Malik menjelaskan ancaman penyakit tidak terlalu besar di saat kondisi awal terjadinya banjir seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Jabodetabek.
Ancaman dalam kondisi banjir pada awal-awal, kata Halik, ialah yang menyangkut keselamatan nyawa. Antara lain seperti tenggelam, tersengat listrik, luka karena terperosok atau terseret arus, dan juga hipotermia.
Halik menekankan agar penolong harus mendahulukan keselamatan diri terlebih dulu, keselamatan orang-orang sekitar, dan baru kemudian korban dalam memberikan pertolongan. "Beberapa hari setelah banjir ada berbagai ancaman penyakit. Tapi dengan daya tahan tubuh yang baik pasti akan terhindar dari penyakit tersebut," kata dia saat dihubungi pada Kamis (2/1).
Beberapa penyakit harus diwaspadai berkaitan dengan kebersihan lingkungan yang tercemar akibat air banjir sehingga menimbulkan banyak kuman dan virus. Beberapa penyakit yang umum terjadi di kondisi lingkungan yang tidak bersih seperti diare, penyakit kulit, dan leptospirosis yang disebabkan oleh urin tikus yang bercampur dengan air banjir.
Bagi korban banjir yang berada di pengungsian harus memperhatikan kebersihan sanitasi, minum cukup, dan makan makanan yang bergizi agar daya tahan tubuh tidak menurun. Biasanya, kata Halik, beberapa hari setelah banjir dan kondisi di pengungsian membuat asupan makan tak teratur yang menyebabkan kondisi tubuh menurun.
"Tetap jaga kebersihan, asupan makanan yang cukup, dan kebugaran fisik. Dengan pemahaman yang benar dan bantuan dari masyarakat sekitar serta petugas kesehatan apabila diperlukan, semua akan tertolong dan selamat menghadapinya," kata Halik.