Ahad 05 Jan 2020 14:16 WIB

Peneliti Sebut Diet Mediterania Bisa Kurangi Depresi

Peneliti temukan kaitan pola makan buruk dengan gejala depresi dan kecemasan.

Rep: Febryan A/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pola makan ala diet Mediterania mengandung banyak sayur dan buah.
Foto: Pixabay
Pola makan ala diet Mediterania mengandung banyak sayur dan buah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru Universitas Gothenburg Swedia menemukan bahwa jenis makanan tertentu yang dikonsumsi seseorang dapat memperburuk kecemasan, depresi, dan mempercepat penurunan kemampuan kognitif di usia tua.

"Kami telah menemukan semakin banyak bukti adanya hubungan antara pola makan yang buruk dan memburuknya gangguan suasa hati, termasuk kecemasan dan depresi," kata Profesor Suzanne Dickson, seorang ahli neuro-endokrinologi (studi tentang bagaimana hormon mempengaruhi otak), yang memimpin riset ini.

Dilansir dari The Herald, Ahad (5/1), studi tersebut menemukan bahwa pola makan yang kaya akan buah, sayuran, ikan dan biji-bijian, termasuk apa yang disebut diet Mediterania seperti minyak zaitun dan konsumsi anggur dalam jumlah moderat, berulang kali dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih rendah. Hal ini juga ditemukan dalam puluhan penelitian lainnya.

Studi yang dipublikasikan di jurnal European Neuropsychopharmacology itu juga menemukan hubungan yang jelas antara diet dan kesehatan kognitif dan mental di masa dewasa. Selain itu, para peneliti juga menyimpulkan bahwa intervensi gizi dapat membantu dalam mengurangi dampak penuaan.

Salah satu teori terkemuka tentang kaitan diet, kesehatan usus, dan hormon, dengan kesehatan usus dan otak. Sebagai contoh, sebuah korelasi telah ditemukan antara mikrobiota yang lebih beragam antara bakteri dalam usus manusia dan gangguan kejiwaan risiko rendah.

Sedangkan penelitan yang dipimpin Dickson menemukan bahwa keterlibatan mikrobioma usus berpotensi menyebabkan gangguan lain seperti ADHD, gangguan spektrum autisme dan anoreksia nervosa. Selain itu, stres dapat memengaruhi dan mengganggu mikrobiota usus dan berdampak negatif pada kesehatan pencernaan.

"Karena itu, diet berkualitas tinggi dapat membantu mengatur mikrobiota usus dan mengurangi stres dan peradangan di otak dan selanjutnya mempertahankan fungsi kognitif yang tepat sepanjang hidup," kata Dikcson.

Prof Dickson menambahkan, pesan dari riset ini adalah bahwa efek dari diet pada kesehatan mental adalah nyata. Namun butuh kehati-hatian untuk melompat ke kesimpulan berdasarkan bukti sementara. Masih butuh banyak studi tentang efek jangka panjang dari diet sehari-hari.

Studi ini dilakukan di tengah meningkatnya minat dalam psikiatri gizi, yang mengeksplorasi bagaimana makanan dan suplemen dapat digunakan untuk mengobati atau mencegah masalah kesehatan mental. Hubungan antara otak, usus, diet, dan kesehatan mental adalah salah satu masalah yang paling diperdebatkan dalam psikiatri biologis saat ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement