REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi dalam New England Journal of Medicine yang dilakukan oleh Nicholas As Christakis dan James H Fowler mengungkapkan pola menarik dalam penyebaran obesitas pada kurun waktu 1971 hingga 2003. Studi ini mengungkapkan bahwa obesitas dapat "menular" melalui interaksi sosial.
"Yang menarik, yang obesitas ini berkelompok. Obesitas temannya obesitas juga," ungkap sosiolog dari Universitas Indonesia Roby Muhamad PhD dalam konferensi pers Sun Life Resolution Run 2020 di Jakarta.
Studi ini tentu bukan menunjukkan bahwa obesitas adalah penyakit yang menular. Akan tetapi, perilaku-perilaku hidup tak sehat yang memicu terjadinya obesitas dapat "menular" atau diadopsi oleh orang lain dan membuat mereka juga akhirnya menjadi obesitas.
Roby mengatakan, perilaku kesehatan seseorang dapat menular ke orang-orang di sekitarnya, baik itu teman, keluarga maupun kelompok komunitas lainnya. Individu yang menerapkan gaya hidup sehat, namun dikelilingi oleh orang-orang yang menerapkan gaya hidup tidak sehat bisa ikut "terbawa arus" di kemudian hari.
"Perilaku kesehatan juga kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar," ungkap Roby.
Kabar baiknya, bukan hanya perilaku kesehatan buruk saja yang bisa menular dalam suatu komunitas masyarakat. Perilaku kesehatan yang baik pun bisa menjangkiti dan membawa manfaat positif bagi kesehatan.
"Tinggal dipastikan saja, ikut-ikutannya ini sesuatu yang positif, yang sehat," jelas Roby.
Dari studi ini pula, Roby mengungkapkan bahwa upaya mencegah obesitas tidak cukup bila hanya menargetkan individu. Mengingat bahwa perilaku lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, upaya pencegahan obesitas perlu menyasar komunitas masyarakat.
"Tidak ada virus (yang menyebabkan penularan) obesitas, tapi beberapa teori mengungkapkan kecenderungan manusia untuk mengopi perbuatan sekitarnya itu tinggi," jelas Roby.
Oleh karena itu, peran berbagai komunitas dalam menyuarakan perilaku hidup sehat merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan obesitas maupun masalah kesehatan lain yang berkaitan dengan gaya hidup. Alasannya, seseorang hanya perlu mendengar satu kali untuk mengetahui sebuah informasi. Akan tetapi, ia perlu mendengar beberapa kali dari orang yang berbeda untuk bisa mengubah sikap atau perilakunya.
"Agar orang mengubah perilaku, perlu dapat info atau ajakan (hidup sehat) berkali-kali dari orang yang berbeda-beda. Bisa orang-orang dari komunitas permukiman, komunitas profesi, bisa siapapun," tutur Roby.
Menyadari hal ini, Sun Life Indonesia kembali menggelar Sun Life Resolution Run 2020 untuk merangkul berbagai komunitas. Dalam ajang tahunan ini, Sun Life Indonesia akan menyuarakan gaya hidup sehat kepada komunitas-komunitas yang berpartisipasi melalui kampanye #LiveHealthierLives dan #TeamUpAgainstDiabetes.
Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia Elin Waty mengungkapkan ajang ini bertujuan untuk mempersiapkan komunitas yang peduli terhadap hidup sehat, seperti pola makan seimbang dan aktif bergerak. Upaya mempersiapkan komunitas yang peduli terhadap hidup sehat dinilai Elin sebagai langkah penting dalam menjaga kualitas kesehatan dan pencegahan berbagai penyakit tidak menular di tengah masyarakat.
"Sun Life Resolution Run 2020 juga memberikan rekomendasi berupa pendekatan terkordinasi berbasis komunitas sebagai upaya bersama yang perlu dilakukan untuk membiasakan pola hidup sehat dan melawan diabetes," jelas Elin.