Kamis 09 Jan 2020 12:54 WIB

Studi: Merokok Berdampak pada Kesehatan Mental

Perokok disebut memiliki tingkat depresi tiga kali lebih tinggi daripada yang tidak.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Perokok disebut memiliki tingkat depresi tiga kali lebih tinggi daripada yang tidak (Ilustrasi Depresi)
Foto: Sciencealert
Perokok disebut memiliki tingkat depresi tiga kali lebih tinggi daripada yang tidak (Ilustrasi Depresi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru menemukan merokok mungkin tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan fisik. Namun, juga dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Studi baru tersebut mengamati lebih dari 2.000 siswa yang terdaftar di universitas-universitas Serbia. Penelitian menyurvei tentang kebiasaan merokok dan gejala depresi mereka. Penelitian dilakukan oleh para peneliti, di antaranya University of Belgrade Serbia dan Univesity of Pristina Kosovo.

Baca Juga

Temuan, yang diterbitkan kemarin di PLOS ONE, menunjukkan di antara siswa yang merokok tingkat depresi klinisnya adalah dua hingga tiga kali lebih tinggi daripada di antara siswa yang tidak merokok. Lebih khusus lagi, 14 persen siswa yang merokok di University of Pristina Kosovo ditemukan menderita depresi dibandingkan dengan hanya empat persen dari peserta yang tidak merokok.

Di University of Belgrade, 19 persen perokok menderita depresi dibandingkan dengan 11 persen yang bukan perokok. Temuan ini masih berlaku bahkan setelah para peneliti memperhitungkan latar belakang ekonomi dan sosial politik siswa.

“Studi kami menambah bukti yang berkembang bahwa merokok dan depresi terkait erat. Meskipun mungkin terlalu dini mengatakan merokok menyebabkan depresi, tembakau tampaknya memiliki efek buruk pada kesehatan mental kita,” kata penulis studi, Profesor Hagai Levine, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Kamis (9/1).

Levine menambahkan ia ingin para pembuat kebijakan mulai mempertimbangkan dampak merokok pada kesehatan mental. Ia mendesak pihak perguruan tinggi untuk mengedepankan kesehatan mahasiswanya.

“Saya mendesak universitas untuk mengadvokasi kesehatan siswa mereka dengan menciptakan kampus bebas rokok, yang tidak hanya melarang merokok di kampus tetapi juga iklan tembakau,” ujarnya.

Sebuah studi 2017 yang dilakukan oleh para peneliti di King’s College London dan Charles University di Praha, juga menemukan berhenti merokok dapat membantu memperbaiki gejala depresi.

Setelah mengamati 3.775 pasien yang menghadiri klinik berhenti merokok di Republik Ceska, mereka menemukan 66,3 persen dari orang yang telah berhasil berhenti mengalami depresi sedang atau berat saat masih merokok,  melaporkan tidak ada atau sedikit gejala depresi selama satu tahun tindak lanjut.

Tingkat merokok di antara orang-orang dengan kondisi mental lebih dari dua kali lipat dari populasi umum di Inggris. Yakni sekitar tiga juta dari 9,6 juta perokok dewasa di Inggris yang hidup dengan kondisi kesehatan mental.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement