Jumat 10 Jan 2020 09:15 WIB

Virus Misterius Penyebab Pneumonia di China

Belum ada informasi tambahan mengenai virus misterius penyebab pneumonia di China.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Penumpang kereta di Hong Kong mengenakan masker sebagai perlindungan kesehatan. Di China daratan dan Hong Kong muncul kasus pneumonia berat yang bermula dari kota Wuhan.
Foto: AP
Penumpang kereta di Hong Kong mengenakan masker sebagai perlindungan kesehatan. Di China daratan dan Hong Kong muncul kasus pneumonia berat yang bermula dari kota Wuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Sebuah virus misterius dan belum pernah ditemukan oleh ilmu pengetahuan (sains) telah menyebar di Wuhan, China. Virus tersebut menyebabkan penyakit paru-paru yang parah seperti pneumonia.

Lebih dari 50 orang telah terinfeksi. Tujuh orang di antaranya dilaporkan berada dalam kondisi kritis.

Baca Juga

Kekhawatiran secara luas muncul, terlebih bagi mereka yang mengalami radang paru-paru, berpikir bahwa telah terkena virus tersebut. Pejabat kesehatan di seluruh dunia telah melakukan siaga tinggi untuk mencegah penyebaran wabah.

Dilansir BBC, Jumat (10/1), banyak orang yang juga bertanya-tanya apakah virus baru ini merupakan tanda dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya? Dari sampel virus yang diambil dari pasien dan dianalisis di laboratorium, pejabat China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa infeksi paru-paru yang terjadi saat ini berasal dari virus corona.

Coronavirus (Koronavirus) adalah keluarga besar virus, tetapi hanya enam yang selama ini diketahui menginfeksi manusia. Sebelumnya, SARS atau sindrom pernapasan akut parah yang disebabkan oleh coronavirus menewaskan 774 dari 8.098 orang yang terinfeksi wabah yang pertama kali menyebar di China pada 2002.

"Ada ingatan kuat tentang SARS, di situlah banyak rasa takut berasal, tetapi kami jauh lebih siap untuk menghadapi jenis-jenis penyakit itu," ujar Josie Golding, seorang dokter dari Wellcome Trust.

Coronavirus dapat menyebabkan mahluk hidup yang terinfeksi mengalami gejala, mulai dari flu ringan hingga kematian. Dalam virus baru kali ini, dikatakan bahwa posisinya berada di tengah, dengan dugaan bahwa menimbulkan lebih dari flu, namun tidak separah SARS.

Virus baru terdeteksi setiap saat dan melompat dari satu spesies ke lainnya. Seperti sebelumnya, ada kemungkinan asal virus ini adalah dari hewan.

Seperti SARS yang melompat dari hewan seperti luwak ke manusia. Kemudian MERS atau sindrom pernapasan Timur Tengah yang telah membunuh 858 dari 2.924 kasus yang tercatat sejak muncul pada 2012 dan berasal dari unta.

Untuk virus baru kali ini, penampungan hewan tempat virus biasanya dideteksi dan dengan demikian, asal mula masalahnya akan menjadi lebih mudah untuk diatasi. Kasus-kasus penyakit akibat virus baru ini sebelumnya dikaitkan dengan sebuah Pasar Grosir Makanan Laut China Selatan di Wuhan.

Beberapa mamalia laut diketahui dapat membawa coronavirus, seperti di antaranya adalah paus Beluga. Namun, di pasar itu juga terdapat beberapa jenis hewan liar lainnya yang dijual, yaitu ayam, kelelawar, kelinci, dan ular, yang diyakini cenderung menjadi sumber penyakit ini.

Di China, virus rentan menginfeksi manusia karena ukuran dan kepadatan populasi, serta kontak dekat dengan hewan yang mengandung virus. Karena itu, menurut Mark Woolhouse, seorang profesor dari University of Edinburgh, Inggris, tidak heran jika wabah dari vsuatu virus baru akan muncul lagi di Negeri Tirai Bambu, atau bagian dari wilayah di sana.

Fakta yang perlu diketahui adalah virus baru nampaknya tidak menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Namun, masalah utama dengan virus baru yang menginfeksi paru-paru, karena batuk dan bersin adalah cara yang sangat efektif untuk penyebaran virus.

Jika menyebar dari orang ke orang, biasanya petugas kesehatan yang melakukan kontak dekat dengan pasien yang sakit akan mudah terkena. Namun, pihak berwenang China mengatakan itu belum terjadi.

Sementara itu, beberapa ahli memperingatkan bahwa terlalu dini mengetahui apakah ada penularan dari manusia ke manusia. Woolhouse mengatakan kebanyakan coronavirus dapat ditularkan langsung.

Meski demikian, sejauh ini diketahui virus tidak terlalu cepat menyebar. Sebanyak 59 pasien mengalami gejala dari infeksi virus ini mulai dari 12 Desember 2019 hingga 29 Desember 2019. Sejak itu, belum ada lagi kasus yang dilaporkan.

Otoritas China juga merawat orang yang terinfeksi secara terpisah untuk meminimalkan risiko penyebaran virus. Selain itu, lebih dari 150 orang yang telah melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi dimonitor untuk tanda-tanda penyakit.

Pemeriksaan tambahan seperti pemindaian suhu telah dilakukan untuk menyaring para pendatang di Cina. Selain itu, pasar makanan laut di Wuhan ditutup sementara untuk pembersihan dan disinfeksi.

"Saat ini, sampai kita memiliki lebih banyak informasi, sangat sulit untuk mengetahui seberapa khawatir kita seharusnya. Hingga ada konfirmasi sumber virus, tentu ini masih akan membuat kegelisahan,” ujar Goldig.

Jonathan Ball, seorang ahli virus di Universitas Nottingham mengatakan semua orang harus  khawatir tentang virus yang menjelajah manusia untuk pertama kalinya. Ia menjelaskan bahwa saat berada dalam sel manusia dan bereplikasi, virus dapat mulai menghasilkan mutasi yang dapat membuatnya menyebar lebih efisien dan menjadi lebih berbahaya.

"Kamu tidak mau memberi virus kesempatan,” kata Ball.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement