REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekhawatiran terhadap bentuk tubuh tak hanya dapat dirasakan oleh perempuan tetapi juga laki-laki. Sebagian laki-laki bahkan rela menempuh jalan pintas dengan menyalahgunakan steroid anabolik demi bisa mendapatkan bentuk tubuh yang kekar dan berotot.
"Untuk perempuan (permasalahan terkait body image) adalah berdiet dengan cara yang berbahaya serta operasi kosmetik, sedangkan untuk laki-laki adalah (penggunaan steroid) ini," jelas peneliti dari University of York Ian Hamilton, seperti dilansir Huffington Post, Ahad (19/1).
Banyak ahli mendapati bahwa laki-laki umumnya mendapatkan steroid metabolik dari toko belanja daring atau dari sesama rekan gym. Ini membuat banyak laki-laki tidak benar-benar memahami apa yang sebenarnya mereka gunakan untuk tubuh mereka.
Karena steroid juga digunakan dalam pengobatan medis, banyak yang melihat steroid sebagai sesuatu yang aman untuk digunakan. Padahal dosis penggunaan steroid di kalangan laki-laki yang ingin memperbesar tubuh jauh lebih besar dibandingkan dosis steroid yang digunakan untuk terapi pengobatan.
"Steroid yang didapatkan dari resep dokter relatif aman, tapi (laki-laki yang ingin memperbesar tubuh) menggunakan steroid dengan dosis yang tidak mungkin digunakan dalam terapi pengobatan," lanjut Hamilton.
Steroid anabolik bekerja dengan cara meniru efek dari hormon testosteron. Penggunaan steroid anabolik dapat memberikan jalan pintas untuk mendapatkan bentuk tubuh yang berotot.
Penggunaan steroid anabolik bisa dilakukan melalui injeksi langsung ke otot, dikonsumsi secara oral dalam bentuk tablet, atau dioleskan ke kulit dalam bentuk krim. Ada lebih dari 100 variasi steroid anabolik menurut Center for Substance Abuse Treatment. Akan tetapi, hanya sebagian kecil yang telah disetujui penggunaannya untuk manusia atau hewan.
Studi pada 2014 mengungkapkan bahwa 3,3 persen populasi dunia dan 6,4 persen populasi laki-laki dunia melakukan penyalahgunaan steroid anabolik. Home Office Crime Survey 2017-2018 mengungkapkan ada peningkatan penggunaan steroid anabolik pada kelompok usia 16-59 tahun pada kurun waktu 10 tahun terakhir.
"Mereka menggunakannya untuk meningkatkan massa tubuh dan mendapatkan bentuk ideal dengan sangat cepat," terang Hamilton.
Olahraga pria berotot.
Yang mengkhawatirkan, kasus penyalahgunaan steroid anabolik tampak terus meningkat. Berdasakran pengalaman pribadi, Dr Samar Mahmood dari NHS mengatakan mayoritas pasien yang menyalahgunakan steroid anabolik adalah laki-laki berusia di bawah 30 tahun.
Banyak dari pasien tersebut yang pada akhirnya mengalami masalah disfungsi ereksi. Selain disfungsi ereksi, penyalahgunaan steroid anabolik juga dapat menyebabkan masalah penurunan jumlah sperma dan infertilitas. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa laki-laki yang mengunakan steroid untuk memperbesar otot memiliki risiko 90 persen menjadi mandul.
Ironisnya, Mahmood mengatakan sebagian besar pasien yang ia tangani sudah menyadari beragam risiko efek samping dari penyalahgunaan steroid anabolik. Namun, hanya sedikit yang memahami bahwa efek samping dari penyalahgunaan steroid anabolik jauh lebih besar dari itu.
Secara umum, lanjut Mahmood, obat-obatan yang bisa dipergunakan secara legal juga memiliki risiko efek samping. Akan tetapi itu tidak bisa dibandingkan dengan risiko efek samping penggunaan steroid anabolik yang sangat kuat.
Pengunaan jangka panjang steroid anabolik dapat memberikan dampak yang akan membatasi kehidupan laki-laki seumur hidup. Beberapa di antaranya adalah testis mengecil, kebotakan, pembesaran payudara, jerawat, nyeri perut dan peningkatan risiko kanker prostat.
Pada remaja, penggunaan steroid anabolik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan dampak dari penyalahgunaan steroid anabolik pada kesehatan mental bisa berupa perilaku mudah marah dan agresif, suasana hati mudah berubah atau dikenal sebagai mood swing, paranoia, perilaku manik, halusinasi hingga delusi.
Penyalahgunaan steroid anabolik di usia muda juga dapat memberi dampak besar ketika laki-laki sudah memasuki usia yang lebih tua. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin muncul di kemudian hari akibat penyalahgunaan steroid anabolik adalah serangan jantung atau strok, masalah hati atau ginjal, tekanan darah tinggi, penyumbatan pembuluh darah oleh gumpalan darah, retensi cairan dan kolesterol tinggi.
Hamilton menambahkan, banyak laki-laki muda yang lebih berfokus pada risiko jangka pendek dari penggunaan steroid dibandingkan risiko jangka panjangnya. Laki-laki muda berusia 18 tahun cenderung lebih berani mengambil risiko yang berdampak pada kesehatannya dibandingkan laki-laki berusia 38 tahun.
"Saya pikir Anda memiliki persepsi berbeda mengenai risiko di usia itu (usia muda) dan berpikir itu hanya akan terjadi pada orang lain, bukan pada Anda," jawab Hamilton.