REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara depresi dan konsumsi teh. Dalam sebuah studi terbaru diketahui bahwa depresi terjadi pada orang-orang lanjut usia, dengan tujuh persen di antara mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
Studi yang lebih lanjut dilakukan mengidentifkasi kemungkinan penyebab, yang meliputi kecenderungan genetik, status sosial ekonomi, dan hubungan dengan keluarga, serta masyarakat luas. Menurut peneliti dari National University of Singapore (NUS) dan Fudan University di Shanghai, ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara minum teh biasa dan tingkat depresi yang lebih rendah pada manula.
Teh telah menjadi minuman yang populer di kalangan orang dewasa yang lebih tua atau lanjut usia. Berbagai penelitian baru-baru ini melihat efek menguntungkan yang potensial. Seperti sebuah studi terpisah dari NUS pada Juni 2019 yang menemukan bahwa teh memiliki sifat yang membantu area otak menjaga fungsi kognitif yang sehat.
“Studi kami menawarkan bukti pertama dari kontribusi positif minum teh pada struktur otak dan menunjukkan efek perlindungan terhadap penurunan terkait usia di otak,” tulis Junhua Li sebagai penulis utama studi, dilansir Medical News Today, Senin (20/1).
Penelitian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa teh dan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, yaitu catechin, L-theanine, dan kafein dapat menghasilkan efek positif pada suasana hati, kemampuan kognitif, kesehatan jantung, dam pencegahan kanker. Namun, sulit untuk mendefinisikan peran teh yang tepat dalam mencegah depresi, terutama karena konteks sosial di mana orang sering mengonsumsinya.
Secara khusus di negara-negara seperti Cina, di mana interaksi sosial itu sendiri dapat menjelaskan sebagian atau bahkan semua manfaat minuman. Feng Qiushi dan Shen Ke yang memimpin studi terbaru melacak kovariat tersebut, termasuk jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal, serta status perkawinan, dan pensiun.
Tim peneliti juga memperhitungkan kebiasaan gaya hidup dan detail kesehatan. Termasuk di antaranya adalah merokok, konsumsi alkohol, hingga kegiatan sehari-hari, tingkat fungsi kognitif, dan tingkat keterlibatan sosial.
Dari sana, peneliti melihat sejarah minum teh seseorang dan mengklasifikasi masing-masing sebagai salah satu dari empat jenis peminum teh sesuai dengan seberapa sering mereka mengkonsumsi minuman tersebut. Orang yang konsisten minum teh hampir setiap hari sejak usia 60 secara signifikan memperoleh manfaat dalam kesehatan mental.
Para peneliti menganalisis data dari 13 ribu orang yang mengambil bagian dalam Survei Panjang Umur Sehat Longitudinal Tiongkok (CLHLS) antara 2005 dan 2014. Dari sana, mereka menemukan hubungan yang hampir universal antara minum teh dan menurunkan laporan depresi.
Beberapa faktor lainnya yang mengurangi depresi adalah kehidupan di lingkungan perkotaan, pendidikan, pernikahan, dan kenyamanan secara finansial, serta keterlibatan secara sosial. Data juga menunjukkan bahwa manfaat minum teh paling kuat terjadi pada laki-laki di usia 65 hingga 79 tahun.
Peminum teh juga menunjukkan fungsi kognitif dan fisik yang lebih tinggi dan lebih terlibat secara sosial. Namun, di sisi lain, mereka juga lebih cenderung mengonsumsi alkohol dan merokok.
Qiushi sebelumnya mempublikasikan hasil dari efek minum teh pada populasi yang berbeda, yaitu di Singapura dan menemukan hubungan yang mirip, dengan tingkat depresi lebih rendah.