Selasa 21 Jan 2020 18:14 WIB

Bayi Kurang Aktif Bergerak Berisiko Obesitas

Obesitas tidak hanya mengancam orang dewasa yang kurang aktif bergerak.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Obesitas tidak hanya mengancam orang dewasa yang kurang aktif bergerak, namun juga bayi (Foto ilustrasi bayi)
Foto: Pexels
Obesitas tidak hanya mengancam orang dewasa yang kurang aktif bergerak, namun juga bayi (Foto ilustrasi bayi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas tidak hanya mengancam orang dewasa yang kurang aktif bergerak, namun juga bayi. Para peneliti telah mengungkap bahwa bayi yang kurang aktif dapat menimbun lebih banyak lemak, yang bisa memicu risiko obesitas di kemudian hari.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Obesity ini melacak tingkat aktivitas fisik 506 bayi menggunakan akselerometer kecil. Alat itu dikenakan di pergelangan kaki bayi selama empat hari per periode pelacakan pada usia tiga, enam, sembilan, dan 12 bulan.

Baca Juga

Setelah 3 tahun, aktivitas fisik rata-rata bayi meningkat sekitar empat persen, sejalan dengan tumbuh kembang bayi yang umumnya menjadi lebih aktif. Di antara bayi dengan aktivitas fisik yang lebih tinggi dikaitkan dengan adipositas (kelebihan lemak) yang lebih rendah.

"Ini adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan dari waktu ke waktu, antara aktivitas fisik bayi dengan adipositas yang lebih rendah pada bobot bayi. Tentunya ini diukur secara objektif," kata pemimpin studi Sara Benjamin-Neelon dari Universitas Johns Hopkins AS, dilansir Times Now News, Selasa (21/1).

Studi ini adalah bagian dari studi yang lebih besar tentang pertumbuhan dan obesitas bayi, yang disebut studi Nurture. Studi ini mencakup 666 ibu dan bayi mereka dari wilayah Durham, North Carolina, selama 2013 hingga 2016. Dari kelompok ini, tim peneliti mampu mendapat data accelerometer yang memadai untuk 506 bayi.

Menurut Benjamin-Neeloon, semakin dini orang tua membantu bayi belajar merangkak, berjalan, dan diberi kesempatan begerak bebas sepanjang hari, artinya orang tua telah melindungi buah hatinya dari risiko obesitas di kemudian hari.

"Belakangan ini, bayi menghabiskan lebih banyak waktu untuk duduk di kursi mobil, kursi tinggi atau kereta bayi. Dengan studi ini orang tua mesti memikirkan dampak perkembangan bayi jika gerak bayi selalu dibatasi," simpul Benjamin-Neelon.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement