REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pneumonia Wuhan semakin misterius. Setelah sebelumnya disebut menular dari hewan ke manusia, Cina pada Senin mengonfirmasikan kasus penularan antarmanusia telah terjadi.
Sejauh ini, kasusnya memang belum ditemukan di Indonesia. Namun, kesiapsiagaan tetap diperlukan untuk mengenali gejala penyakit yang telah mengusik lebih dari 200 orang ini.
Ketua Umum Pokja Infeksi PP Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Erlina Burhan SpP(K) menjelaskan, pneumonia Wuhan memang kejadian luar biasa. Namun, gejala penyakit yang disebabkan oleh virus korona yang telah bermutasi itu sama dengan pneumonia pada umumnya.
"Gejala yang muncul pada pneumonia ini di antaranya demam, lemas, batuk kering, dan sesak atau kesulitan bernapas," jelas Erlina.
Secara umum, menurut Erlina, gejala pneumonia ada tiga, yaitu demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Gangguan di saluran napas menimbulkan batuk.
Andaikan kelainan meluas akan muncul sesak atau kesulitan bernapas. Orang yang mengalaminya merasakan sesak napas karena napasnya pendek atau berat.
"Karena itu musti diberi perhatian khusus untuk pneumonia," ungkapnya dalam Konferensi Pers Pneumonia Wuhan yang diselenggarakan oleh PDPI, Jumat (17/1).
Menurut Erlina, ada juga penderita yang mengalami kondisi lebih berat. Contohnya, orang lanjut usia atau memiliki penyakit penyerta.
Itu pula yang dialami oleh korban keempat yang meninggal akibat infeksi virus korona baru (nCov). Reuters mengungkapkan, virus tersebut memperberat penyakit yang dialami seorang lansia dengan riwayat hipertensi, diabetes, dan jantung koroner.
Erlina mengatakan, pneumonia Wuhan masih misterius lantaran metode transmisi dan masa inkubasi belum diketahui. Berdasarkan investigasi beberapa institusi di Wuhan, sebagian kasus terjadi pada orang yang bekerja di pasar ikan.
Berdasarkan data United Nations Maret 2018, terdapat banyak negara atau tempat yang menjadi tujuan pengunjung dari Wuhan di antaranya Bangkok, Hong Kong, Tokyo, Singapura, Indonesia (Bali), dan Macau. Namun, WHO belum merekomendasikan secara spesifik untuk pelancong atau restriksi perdagangan dengan Cina. Saat ini, WHO masih terus melakukan pengamatan.