Rabu 22 Jan 2020 01:11 WIB

Lidah Berlemak Bisa Jadi Pemicu Utama Apnea Tidur

Orang yang mengalami sleep apnea mengalami perbaikan begitu lemak lidahnya berkurang.

Rep: MGROL 125/ Red: Reiny Dwinanda
Gangguan tidur sleep apnea dapat terjadi pada orang dengan lidah berlemak.
Foto: doctroz.com
Gangguan tidur sleep apnea dapat terjadi pada orang dengan lidah berlemak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sleep apnea merupakan gangguan umum yang dapat menyebabkan dengkuran keras, napas bising, dan gerakan tersentak-sentak saat tidur. Gangguan tidur ini juga dapat membuat seseorang terengah-engah di malam hari.

Orang yang mengalami sleep apnea juga dapat merasakan kantuk di siang hari dan terpengaruh kualitas hidupnya. Jenis yang paling umum adalah sleep apnea obstruktif, di mana jalan napas bagian atas tersumbat sebagian atau seluruhnya selama tidur.

Baca Juga

Dilansir BBC, orang yang kelebihan berat badan atau yang memiliki leher besar atau amandel lebih cenderung memiliki kondisi tersebut. Sebuah penelitian juga menunjukkan gangguan tersebut dapat dikaitkan dengan jumlah lemak di lidah seseorang.

Menurut para peneliti, ketika pasien sleep apnea kehilangan berat badan, maka lemak di lidahnya berkurang dan perbaikan kualitas tidur pun terjadi. Lidah yang lebih besar dan gemuk jamak dimiliki para pasien obesitas.

Namun, tim Pennsylvania mengatakan, orang lain dengan lidah berlemak juga mungkin berisiko mengalami gangguan tidur. Para peneliti pun berencana untuk mencari tahu diet rendah lemak mana yang sangat baik untuk melangsingkan lidah.

"Seseorang berbicara, makan, dan bernapas dengan lidah, jadi mengapa lemak tersimpan di sana?" kata penulis studi Dr Richard Schwab dari Perelman School of Medicine, Philadelphia.

Menurut Schwab, tidak jelas mengapa hal tersebut terjadi, bisa karena genetik atau lingkungan. Namun, ia menjelaskan bahwa semakin sedikit lemak, semakin kecil kemungkinan terjadi jatuhnya lidah ke tenggorokan saat tidur.

Sementara itu, menurut NHS, terdapat hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi gangguan tersebut. Masyarakat diserukan mencoba menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan, menggunakan bantal khusus, berhenti merokok, tidak minum terlalu banyak alkohol, terutama sebelum tidur, dan tidak mengonsumsi pil tidur, kecuali disarankan.

Sleep apnea yang lebih serius mungkin memerlukan perawatan dari klinik tidur. Hal tersebut dapat termasuk dengan menggunakan mesin continuous positive airway pressure (CPAP) yang memompa udara dengan lembut ke dalam masker di atas mulut dan hidung selama tidur. Selain itu, cara tersebut juga dapat menahan saluran udara terbuka.

Para peneliti di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, memindai 67 orang dengan apnea tidur obstruktif yang mengalami obesitas, namun telah kehilangan 10 persen dari berat badannya mengalami perbaikan kondisi sekitar 30 persen. Dengan melihat ukuran struktur jalan napas atas pasien, tim peneliti dapat mengetahui perubahan yang terjadi dan juga dorongan adanya perbaikan.

"Sekarang kita tahu lemak lidah adalah faktor risiko dan apnea tidur membaik ketika lemak lidah berkurang," kata Schwab.

Temuan tersebut, menurut Schwab, membuat ditetapkannya target terapi unik yang belum pernah ada sebelumnya. Studi ini dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.

"Kami tahu bahwa penurunan berat badan adalah hal penting karena dapat membantu mengurangi penyempitan jalan napas bagian atas," kata Dr Nick Hopkinson, direktur medis di British Lung Foundation.

Menurut Hopkinson, penelitian ini menambahkan beberapa informasi tentang mekanisme yang tepat dalam penanganan apnea tidur. Namun, tidak ada cara khusus untuk mengurangi lemak lidah sehingga tidak terdapat implikasi praktis langsung bagi orang dengan kondisi sleep apnea.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement