REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inkontinensia urine merupakan kondisi di mana orang tidak dapat mengontrol buang air kecil. Saat pasien kehilangan kontrol kandung kemih, urine dapat keluar dengan tiba-tiba seperti bocor.
Dilansir Health 24, masalah mengompol yang tidak disengaja sering kali dikaitkan dengan perempuan. Padahal, mekanisme inkontinensia urine pada dasarnya sama untuk laki-laki dan perempuan.
Ada beberapa penyebab yang membuat kondisi inkontinensia urine lebih banyak terjadi pada pria. Berikut lima di antaranya:
1. Pembesaran prostat
Kelenjar prostat yang membesar (benign prostatic hyperplasia) tidak bersifat kanker, tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan inkontinensia urine pada pria. Saat kandung kemih tidak sepenuhnya terkosongkan, akan ada dorongan kuat untuk buang air kecil atau peningkatan frekuensi berkemih yang intens.
Terlepas dari ketidakmampuan untuk benar-benar mengosongkan kandung kemih, pembesaran prostat juga dapat membuat sulit untuk buang air kecil. Andaikan mengalaminya, berkonsultasilah dengan dokter, terlebih saat Anda justru mengalami sulit mengeluarkan air seni. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal obstruktif, infeksi ginjal, atau batu ginjal.
2. Kanker prostat
Pria dengan kanker prostat sering mengalami mengompol akibat rusaknya saraf di daerah panggul sebagai efek samping dari operasi atau terapi radiasi. Penyakit ini sering terkait dengan perawatan kanker prostat dan juga sering muncul sebagai inkontinensia stres, di mana tekanan pada dasar panggul saat sedang tertawa, bersin, atau batuk membuat Anda mengompol.
Jangan ragu untuk mendiskusikan masalah ini secara terbuka dengan ahli urologi untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
3. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf di daerah panggul (sekitar kandung kemih, otot panggul, dan uretra) dapat mengganggu fungsi kandung kemih dan dapat menyebabkan inkontinensia urine. Saraf yang berfungsi buruk di wilayah ini dapat menyebabkan tiga jenis masalah, mulai dari kandung kemih yang terlalu aktif, sebagai akibat dari sinyal yang salah dikirim ke kandung kemih pada waktu yang salah, menyebabkan lebih sering buang air kecil, hingga keinginan kuat buang air kecil, atau kebocoran urine karena kontrol otot-otot sfingter yang buruk, sehingga sulit menahan air seni.
Selanjutnya, ada retensi urine yang terjadi ketika kandung kemih tidak menerima pesan pada waktunya urine dikeluarkan. Kerusakan saraf dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti diabetes, strok, kecelakaan atau cedera pada otak atau sumsum tulang belakang, multiple sclerosis, infeksi otak atau sumsum tulang belakang, atau tumor otak atau sumsum tulang belakang.
Ketika inkontinensia urine terjadi secara tiba-tiba, sangat penting untuk menemui dokter dan berkonsultasi agar dapat menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan saraf.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan, namun laki-laki juga bisa mengalaminya. Sering kali, kondisi ini terjadi karena penumpukan bakteri.
Menurut Harvard Health, infeksi saluran kemih pada pria dapat berkembang di uretra, kandung kemih, prostat, dan ginjal. Tanda dan gejala dari kondisi ini adalah keinginan untuk buang air kecil lebih sering, ada rasa menyengat dan sakit, serta warna urine yang keruh.
Ketika mencurigai adanya infeksi saluran kemih, penting untuk memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan antibiotik. Infeksi mungkin dapat menyebar ke aliran darah dan menetap di prostat atau ginjal, menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
5. Kondisi neurologis
Sinyal antara otak dan kandung kemih berperan penting dalam mengatur urine. Begitu ada sesuatu yang salah dengan otak, sinyal-sinyal ini dapat diinterupsi dan kandung kemih Anda mungkin tidak mendapatkan pesan seperti saat penuh, kapan perlu dilepaskan, atau ketika perlu menahan air seni.
Kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson, Alzheimer, atau multiple sclerosis dapat menyebabkan miskomunikasi antara otak dan kandung kemih.
Selain lima faktor di atas, inkontinensia urine dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin atau usia. Tetapi, ada beberapa risiko yang dapat meningkatkan peluang Anda mengalami gangguan mengompol, di antaranya adalah kegemukan, merokok, serta konsumsi alkohol.