REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minuman energi banyak disukai, terutama mereka yang sering bekerja di lapangan. Menghilangkan rasa lelah menjadi alasan mereka mengonsumsi minuman ini. Sebenarnya, apa kandungan minuman energi?
Seperti dilansir Fox News, menurut Pusat Sumber Daya Hukum Universitas Maryland untuk Kebijakan Kesehatan Masyarakat, minuman energi mengandung kafein dan gula. Kandungan gulanya setara dengan soda dan minuman buah serta pemanis buatan.
Taurin, asam amino, juga sering ditemukan dalam minuman energi. Ini ditambahkan sebagai "adjuvant kafein" yang membantu efek kafein. Bahan-bahan umum lainnya juga dapat mengandung kafein atau stimulan kafein lainnya.
Satu bahaya khusus tentang minuman energi adalah bahwa produsen tidak diharuskan untuk mengungkapkan bahan apa yang digunakan untuk merumuskan minuman populer.
“Minuman energi ini, salah satu masalah terbesarnya adalah bahwa kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya," ujar Dr Steven Nissen MD dari Cleveland Clinic.
Menurut Nissen, secara hukum, produsen minuman ini tidak diharuskan untuk mengungkapkan isinya. Peneliti pun melakukan analisis independen terhadap minuman energi dan mengungkap kandungan tinggi kafein.
Sebagai alternatif, Villanova University merekomendasikan sarapan dengan gizi seimbang dan makanan dengan kedelai agar tetap berenergi, tanpa menggunakan minuman energi. Minum air putih dan teh hijau juga dianjurkan.
Nissen juga mencatat bahwa konsumen harus memperbaiki kebiasaan tidur sehingga bisa mendapatkan tidur yang nyenyak. Tidur tujuh hingga delapan jam adalah normal untuk orang dewasa, dan bahkan lebih untuk anak-anak.
"Jangan gunakan minuman berenergi sebagai pengganti kebiasaan tidur yang baik,” ujarnya.
Nissen menunjukkan jika semua langkah itu gagal untuk membuat Anda tetap energi, konsultasilah dengan dokter. Terlebih, jika Anda benar-benar lelah sepanjang waktu.
"Daripada pergi dan membeli minuman energi, terutama jika Anda cukup tidur, Anda mungkin memiliki tiroid yang kurang aktif atau kondisi medis lain yang menyebabkan Anda lelah," katanya.
Nissen mengingatkan agar masyarakat tak mencoba memperbaiki masalah dengan membeli sesuatu yang tidak diketahui isinya. Selain itu, para ahli memperingatkan agar tidak mencampur minuman energi dan alkohol karena dapat menghambat kemampuan orang dewasa muda untuk mengetahui tingkat keracunan mereka.
National Institutes of Health AS memperkirakan bahwa sekitar 25 persen mahasiswa mencampur alkohol dengan minuman energi dan minuman pesta secara signifikan lebih banyak daripada yang lain.