REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sekitar 1,6 juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap tahun. Kebiasaan merokok dianggap sebagai penyebab utamanya.
Namun kanker paru-paru juga bisa terjadi pada orang yang belum pernah merokok. Kepala departemen pulmonologi di Rumah Sakit Fortins Shalimar Bagh, Vikas Maurya mengungkapkan kanker paru-paru pada bukan perokok dianggap sebagai penyebab keenam atau ketujuh dari kematian akibat kanker paru-paru yang paling umum di Amerika.
Di India juga sejumlah besar pasien sedang didiagnosis dengan kanker paru-paru tanpa riwayat merokok tembakau.
“Penyebab kanker paru-paru yang ditemukan pada bukan perokok adalah paru-paru yang ditemukan pada bukan perokok adalah polusi udara, baik di luar maupun dalam ruangan, paparan asap rokok, paparan asbes, paparan gas radon, asap knalpot diesel dan kecenderungan genetik,” ujar Maurya, seperti yang dilansir dari Indian Express, Rabu (5/2).
Menurut Maurya, paparan udara yang tercemar di zona kemacetan pun berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus kanker paru-paru. Diterbitkan Environmental Science: Processes and Impacts journal, sebuah penelitian baru menunjukkan tingkat polusi di dalam mobil ditemukan hingga 40 persen lebih tinggi dengan pengemudi yang terkena 29 kali lebih banyak partikel polusi berbahaya, ketika dalam kemacetan lalu lintas dibandingkan dengan kondisi lalu lintas mengalir bebas.
Menurut penelitian telah ditemukan pada kemacetan lalu lintas, kipas mengisap udara kotor dari luar ke dalam kendaraan sehingga terjadi penumpukan polutan di dalam mobil. Oleh karena itu, Maurya menuturkan, paparan jangka panjang terhadap udara beracun di kemacetan lalu lintas bersama dengan paparan harian di udara sekitar dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Penting untuk memahami apa arti udara beracun ini dan bagaimana hal itu dapat menyebabkan kanker paru-paru. Emisi kendaraan menyumbang 25-40 persen dari polusi udara luar, terlepas dari polusi industri, energi dan pemanasan rumah tangga.
Berbagai penelitian telah menunjukkan paparan nitrogen oksida, sulfur dioksida dan hal-hal partikulat halus yang dilepaskan dari emisi kendaraan secara signifikan meningkatkan risiko kanker paru-paru. Pun penelitian pada hewan menunjukkan ketika belerang dioksida dihirup dapat menyebabkan lesi DNA multi organ, termasuk di paru-paru yang pada gilirannya dapat berkembang menjadi kanker.
Dalam retrospeksi, permukaan partikel halus dapat menyerap berbagai bahan kimia. Dibandingkan dengan partikel kasar, partikel halus lebih cenderung meresap di dalam ruangan dan terhirup dalam-dalam di paru-paru.
“Oleh karena itu, paparan ambient terhadap partikel halus lebih umum dan lebih berbahaya,” kata Maurya.
Berikut-berikut ini merupakan langkah-langkah mengurangi paparan udara yang tercemar di kemacetan lalu lintas. Tutup jendela mobil dan matikan kipas untuk mengurangi paparan polutan pada kemacetan lalu lintas atau zona yang memiliki sinyal kemacetan.
Kipas harus dipasang untuk mengalirkan kembali udara di dalam mobil tanpa menarik udara yang tercemar dari luar. Pastikan jarak antara kendaraan Anda dan kendaraan di depan cukup baik saat berada di kemacetan, tidak hanya untuk keselamatan fisik, tetapi juga dari segi kesehatan.