Rabu 12 Feb 2020 07:45 WIB

Kekurangan Vitamin D Selama Kehamilan Tingkatkan Risiko ADHD

Rekomendasi asupan vitamin D di Finlandia ialah 10 mikrogram per hari sepanjang tahun

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolanda
Ibu hamil menikmati matahari (Ilustrasi). Penelitian menunjukkan, ibu hamil yang kekurangan vitamin D cenderung melahirkan anak dengan ADHD.
Foto: Pixabay
Ibu hamil menikmati matahari (Ilustrasi). Penelitian menunjukkan, ibu hamil yang kekurangan vitamin D cenderung melahirkan anak dengan ADHD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Faktor-faktor prenatal seperti kekurangan vitamin D selama kehamilan, dapat mempengaruhi perkembangan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) bayi. Hal itu mengacu pada studi yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Child dan Adolescent Psychiatry, yang menunjukkan hubungan antara tingkat vitamin D ibu yang rendah pada awal hingga pertengahan kehamilan dan peningkatan risiko ADHD pada bayi.

ADHD merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.

Baca Juga

Para peneliti dari Universitas Turku di Finlandia meneliti 1.067 anak yang lahir antara tahun 1998 dan 1999 di Finlandia, dan didiagnosis dengan ADHD. Data dikumpulkan sebelum ada rekomendasi nasional dari pemerintah Finlandia terkait asupan vitamin D yang ideal selama kehamilan, yaitu 10 mikrogram per hari sepanjang tahun.

Dalam studi tersebut, para peneliti menggunakan Finnish Maternity Cohort (FMC) yang sangat komprehensif terdiri dari sekitar 2 juta spesimen serum yang dikumpulkan selama trimester pertama dan awal kehamilan kedua. Penelitian ini menawarkan bukti kuat bahwa tingkat rendah vitamin D selama kehamilan terkait dengan ADHD.

Menurut studi tersebut, risiko ADHD adalah 34 persen lebih tinggi pada anak-anak yang ibunya mengalami kekurangan vitamin D selama kehamilan dibandingkan pada anak-anak yang kadar vitamin D ibunya mencukupi selama trimester pertama dan kedua. Hasilnya disesuaikan dengan usia ibu, status sosial ekonomi dan riwayat psikiatris.

“Karena ADHD adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum pada anak-anak, hasil penelitian ini akan sangat berarti bagi kesehatan masyarakat,” demikian kata para peneliti seperti dilansir Times Now News, Selasa (11/2).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ ۩ۗ
Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.

(QS. Al-Hajj ayat 18)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement