REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian baru di Inggris telah menemukan remaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu duduk mungkin memiliki risiko depresi yang lebih tinggi di kemudian hari pada masa pubertas. Studi yang dipmpin oleh University College London ini, melihat data yang dikumpulkan dari 4.257 remaja yang telah diminta untuk memakai akselerometer, perangkat yang melacak pergerakan, selama setidaknya 10 jam sehari selama tiga hari pada usia 12,14 dan 16.
Akselerometer dapat menentukan apakah para peserta tidak bergerak atau mengambil bagian dalam aktivitas ringan seperti berjalan atau hobi, seperti memainkan instrumen, melukis atau aktivitas sedang hingga fisik (berlari atau bersepeda).
Gejala depresi, yang meliputi suasana hati yang rendah, kehilangan kesenangan dan konsentrasi yang buruk, diukur dengan kuisioner klinis. Temuan yang diterbitkan dalam The .Lancet Psychiatry, menunjukkan melakukan aktivitas ringan tambahan 60 menit sehari pada usia 12 , 14 dan 16, seperti berjalan atau melakukan pekerjaan rumah tangga, dikaitkan dengan 9,6 persen, 7,8 persen dan pengurangan 11,1 persen, masing-masing, dalam gejala depresi pada usia 18 tahun.
Selain itu, tim juga menemukan untuk setiap tambahan 60 menit perilaku menetap per hari pada usia 12,14 dan 16 ada peningkatan skor depresi peserta sebesar 11,1 persen, delapan persen atau 10,5 persen, masing-masing, pada usia 18 tahun. Para peserta secara konsisten memiliki jumlah waktu menetap yang tinggi pada ketiga usia memiliki skor depresi 28,2 persen lebih tinggi pada usia 18 tahun.
Temuan ini menunjukkan orang-orang muda yang tidak aktif untuk sebagian hari sepanjang masa remaja menghadapi risiko depresi yang lebih besar pada usia 18 tahun.
“Kami menemukan bukan hanya bentuk kegiatan yang lebih intens yang baik untuk kesehatan mental kita, tetapi pada tingkat apa pun aktivitas fisik yang dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk duduk cenderung bermanfaat,” ujar ketua penulis studi, mahasiswa PhD Aaron Kandola, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Jumat (14/2).
Penulis senior studi Dr Joseph Hayes juga menambahkan banyak inisiatif mempromosikan olahraga pada orang muda. Namun, penemuannya menunjukkan aktivitas ringan juga harus mendapat perhatian lebih.
Aktivitas ringan bisa sangat berguna karena tidak memerlukan banyak usaha dan mudah untuk masuk ke dalam rutinitas harian kebanyakan anak muda. Sekolah dapat mengintegrasikan aktivitas ringan ke dalam masa siswa.
“Perubahan kecil pada lingkungan bisa membuat kita semua menjadi sedikit kurang santai,” kata Hayes menambahkan.